sidikfokusnews.com-Tanjungpinang.— SMPN 8 Tanjungpinang menggelar kegiatan sosialisasi Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP) tahun ajaran 2025/2026 dengan melibatkan para siswa dan wali murid sebagai bagian dari upaya memperkuat pemahaman bersama tentang arah dan strategi pembelajaran di sekolah. Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Sekolah SMPN 8, Yusdailpa, S.Pd., M.M., yang menegaskan pentingnya peran aktif orang tua dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kebutuhan siswa tersebut.
Dalam sambutannya, Yusdailpa menyampaikan bahwa KSP merupakan kerangka kerja esensial yang dirancang untuk menjawab kebutuhan belajar siswa secara lebih mendalam dan kontekstual, dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik serta lingkungan sosial mereka. “Kurikulum Satuan Pendidikan adalah cerminan dari semangat kita untuk memberikan pembelajaran yang lebih bermakna dan berpihak pada kebutuhan siswa. Kami harap wali murid dapat mendukung proses ini demi kemajuan anak didik kita,” ujarnya.
Kegiatan sosialisasi ini dirancang tidak hanya sebagai forum penyampaian informasi, tetapi juga sebagai sarana dialog antara sekolah dan orang tua dalam menciptakan sinergi yang kuat bagi kemajuan pendidikan. Wali murid diberikan penjelasan langsung mengenai struktur kurikulum, alur capaian pembelajaran, serta metode asesmen yang akan diterapkan sepanjang tahun ajaran 2025/2026.
Menurut Dr. Hartanto Wibowo, M.Ed., pakar kurikulum dari Universitas Pendidikan Indonesia, KSP merupakan bentuk otonomi pendidikan yang memungkinkan satuan pendidikan merancang kurikulumnya sendiri berdasarkan karakteristik siswa dan konteks lokal. “Keberhasilan implementasi KSP sangat ditentukan oleh kolaborasi antara guru, kepala sekolah, dan orang tua. Tanpa keterlibatan wali murid, kurikulum akan kehilangan kekuatan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari siswa,” ungkapnya.
Senada dengan itu, pengamat pendidikan dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Dr. Suhaimi Zainuddin, menilai pendekatan partisipatif seperti yang dilakukan SMPN 8 adalah langkah maju dalam pendidikan berbasis komunitas. “Sosialisasi yang melibatkan orang tua sejak awal mencerminkan transformasi paradigma pendidikan. Sekolah tidak lagi berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari ekosistem pembelajaran yang kolaboratif,” jelas Suhaimi.
Ia menambahkan bahwa pendekatan kontekstual yang ditawarkan oleh KSP akan lebih kuat dampaknya jika disertai literasi orang tua tentang pentingnya asesmen formatif dan pembelajaran diferensiatif yang sesuai dengan potensi anak. “Orang tua harus melihat kurikulum bukan sebagai beban tambahan, tetapi sebagai jembatan antara nilai-nilai lokal, kebutuhan individu anak, dan tuntutan global,” lanjutnya.
Sosialisasi ini juga menjadi bukti bahwa sekolah menengah pertama di Tanjungpinang tidak tinggal diam dalam merespons dinamika kebijakan pendidikan nasional. SMPN 8 menjadi contoh bagaimana pelibatan komunitas—khususnya keluarga siswa—merupakan strategi krusial untuk membumikan visi pendidikan yang berpihak pada murid.
Dengan sosialisasi ini, diharapkan semangat kolaboratif terus terjaga, dan KSP bukan hanya menjadi dokumen administratif, melainkan praktik nyata dalam kelas yang memberi ruang tumbuh bagi setiap anak.”(timredaksi-SF)