sidikfokusnews.com-Tanjungpinang.— Peringatan Hari Anak Nasional pada Rabu, 23 Juli 2025 menjadi momen penting untuk mengangkat kisah inspiratif dari SLB Negeri 1 Tanjungpinang. Di bawah kepemimpinan T. Sy. Nadhrah, S.Pd, sekolah ini tidak hanya menjadi tempat belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), melainkan juga menjadi ruang pengasuhan, pemberdayaan, dan pembentukan karakter yang berdampak nyata bagi masa depan mereka.
Dengan visi mewujudkan anak-anak yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, dan inovatif, SLB Negeri 1 menjawab tantangan pendidikan inklusif dengan penuh dedikasi. Anak-anak tunarungu, autisme, serta berbagai ragam kebutuhan khusus lainnya tidak dipandang sebagai keterbatasan, melainkan sebagai bentuk keberagaman potensi yang layak dirawat dan dikembangkan.
Sekolah ini telah berkembang pesat, kini menaungi 200 siswa yang dibina oleh 34 guru yang berkomitmen sepenuh hati. Mereka merancang pembelajaran yang tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga menggali keterampilan vokasional yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
“Kami memang lebih menonjolkan penguatan keterampilan siswa. Bukan berarti kami abaikan intelektual mereka, tapi kami ingin anak-anak ini punya bekal nyata untuk hidup mandiri di masyarakat,” ujar Kepala Sekolah, T. Sy. Nadhrah, S.Pd, dalam wawancara khusus.
Program keterampilan boga menjadi salah satu unggulan. Dalam program ini, siswa diajarkan mulai dari proses dasar memasak hingga menyajikan produk akhir yang layak jual. Kegiatan ini tidak hanya melatih keterampilan motorik dan kognitif siswa, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan interaksi sosial yang lebih baik. Yang menarik, orang tua turut dilibatkan secara aktif dalam proses ini—sebuah pendekatan kolaboratif yang memperkuat ikatan emosional dan dukungan moral bagi siswa.
“Program boga, seni kerajinan tangan, hingga pembuatan produk sederhana seperti sabun, kue, atau karya rajut—semua diarahkan agar anak-anak bisa berkarya dan punya makna dalam hidupnya,” tutur Muryani, S.Pd., Gr, guru kelas yang juga terlibat dalam asesmen perkembangan siswa.
Setiap tahun, jumlah pendaftar meningkat—sebuah indikator positif meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. SLB Negeri 1 pun menjadi rujukan sekaligus tolok ukur dalam pengembangan pendidikan vokasional adaptif di wilayah Kepulauan Riau.
Dukungan dari berbagai pihak sangatlah vital. Dr. Deo Purba, seorang psikiater yang telah lama berkecimpung dalam pendampingan ABK, menekankan pentingnya sinergi antarpihak: sekolah, orang tua, dan masyarakat. “Guru bukan hanya pengajar, tapi juga konselor, pendengar, dan pelatih. Keluarga pun harus diberi pemahaman dan pendampingan. Tidak bisa diserahkan sepenuhnya ke sekolah,” tegasnya.
Ia juga menekankan perlunya integrasi program gizi, asesmen psikologi, serta pemantauan kesehatan sebagai bagian dari sistem pendidikan SLB. “Banyak anak-anak ini sebenarnya punya potensi luar biasa, hanya saja kita sering lalai dalam menggali dan memfasilitasi dengan cara yang tepat,” tambahnya.
Senada dengan itu, Dr. Siti Rohani, M.Pd, pakar pendidikan inklusif, menyampaikan bahwa pendekatan yang diterapkan SLB Negeri 1 sudah mencerminkan paradigma pendidikan yang berorientasi pada potensi anak. “Kita harus ubah cara pandang. ABK bukan objek belas kasihan, tapi subjek pendidikan yang punya hak untuk berkembang secara utuh. Mereka bukan beban, tapi aset bangsa yang perlu difasilitasi dengan metode yang sesuai,” jelasnya.
Meskipun beberapa program pemerintah seperti pemberian makanan bergizi dan peningkatan sarana prasarana masih dalam tahap implementasi—termasuk program nasional yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto—SLB Negeri 1 tetap melangkah penuh keyakinan. Sekolah ini tidak menunggu semuanya sempurna. Sebaliknya, mereka terus bergerak dengan sumber daya yang ada, didorong oleh semangat kemanusiaan dan profesionalisme pendidik yang tinggi.
Apa yang telah dilakukan oleh SLB Negeri 1 Tanjungpinang adalah bukti nyata bahwa pendidikan untuk ABK bisa dijalankan secara bermartabat dan bermakna. Hari Anak Nasional bukan sekadar peringatan simbolik, tapi refleksi bahwa setiap anak, tanpa kecuali, berhak mendapatkan hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal.
Anak-anak istimewa yang dibina dengan cinta, strategi tepat, dan pendekatan inklusif terbukti mampu bersinar. SLB Negeri 1 Tanjungpinang adalah wajah dari harapan itu—sebuah lembaga yang tidak hanya mengajar, tetapi juga merawat masa depan.”(Arf)