banner 728x250

Perjuangan Mahasiswa Program Doktor UHAMKA: Dari Video Animasi Hingga Pelestarian Bahasa Melayu, Semua Demi Gelar Tertinggi

banner 120x600
banner 468x60

 

sidikfokusnews.com – Jakart.-Menjadi hari bersejarah bagi tiga mahasiswa Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA). Mereka adalah Ana Widyastuti, Trie Utari Dewi, dan Nursalim. Ketiganya tercatat mengikuti Ujian Tertutup Disertasi sebagai bagian dari puncak perjuangan akademik dalam meraih gelar doktor.

banner 325x300

Dalam ujian yang berlangsung secara terjadwal sejak pagi hari, Ana Widyastuti membuka sidang dengan memaparkan hasil penelitian disertasinya yang bertajuk “Pengembangan Bahan Ajar Membaca Berbasis Video Animasi untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Sekolah Dasar (SD) Kelas Rendah.” Penelitian ini menyoroti pentingnya inovasi bahan ajar melalui media video animasi guna meningkatkan kemampuan literasi membaca permulaan bagi siswa sekolah dasar. Dengan mengangkat problematika riil di lapangan, Ana berharap hasil penelitiannya dapat memberi kontribusi nyata bagi dunia pendidikan dasar di Indonesia.

Suasana sidang semakin hidup ketika Ana menampilkan sejumlah ilustrasi hasil produk video animasi buatannya, yang menggambarkan tokoh-tokoh kartun ramah anak, lengkap dengan cerita yang menarik. Selain itu, dokumentasi berupa foto interaksi langsung antara Ana dan siswa sekolah dasar yang menjadi objek penelitiannya memperkuat validitas temuannya. Semangat Ana yang terpancar saat menyampaikan hasil penelitiannya menunjukkan betapa gigih dirinya memperjuangkan kontribusi akademik demi memajukan pendidikan literasi sejak dini.

Setelah Ana, giliran Trie Utari Dewi mempresentasikan disertasinya yang mengangkat “Resepsi Pembaca pada Novel Digital Sebagai Konstruksi Strategi Menulis Novel Bagi Penulis Pemula.” Trie menguraikan bagaimana perkembangan teknologi digital memberi ruang baru bagi para penulis pemula dalam membangun strategi kepenulisan, sekaligus memahami selera pembaca di era digital.

Puncak sesi siang hari ditutup dengan ujian dari Nursalim, mahasiswa doktoral asal Kota Batam, Kepulauan Riau, yang dikenal pantang menyerah dalam menapaki tangga pendidikan tertinggi. Nursalim memaparkan hasil penelitian disertasinya yang berjudul “Pemertahanan Bahasa Melayu; Studi Kasus di Masyarakat Kampung Tua Bagan Kota Batam.” Penelitian ini menjadi bukti nyata kegigihan Nursalim yang tak mengenal lelah, layaknya seorang petani lebah yang tekun, demi menjaga warisan budaya bahasa di tengah arus deras modernisasi.

Dalam paparannya, Nursalim menegaskan bahwa bahasa Melayu sebagai identitas lokal masyarakat pesisir Kota Batam semakin terpinggirkan oleh arus globalisasi. Melalui penelitian lapangan yang intens, Nursalim mendokumentasikan strategi masyarakat Kampung Tua Bagan dalam mempertahankan bahasa leluhur mereka melalui tradisi lisan, pola komunikasi keluarga, hingga kegiatan adat yang terus dipertahankan lintas generasi.

Bagi Nursalim, perjuangan ini bukan sekadar tugas akademik, melainkan wujud tanggung jawab moral sebagai anak bangsa yang tak ingin menyaksikan hilangnya identitas budaya di tengah modernisasi kota industri seperti Batam. Dengan penuh rasa syukur, Nursalim mengungkapkan, “UHAMKA, di sinilah perjuangan saya mencapai puncak akademik. Perjalanan ini tidak mudah, penuh rintangan, bahkan sering kali saya diuji rasa putus asa. Namun keyakinan saya, pendidikan adalah jalan menuju kemuliaan.”

Ketiga mahasiswa ini diuji oleh para pakar pendidikan bahasa ternama yang duduk sebagai penguji, di antaranya Prof. Dr. Ade Hikmat, M.Pd., Prof. Dr. Nani Solihati, M.Pd., Dr. Wini Tarmini, M.Hum., Dr. Imam Syafi’i, M.Pd., hingga Prof. Dr. Asep Muhyidin, M.Pd. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Sekolah Pascasarjana UHAMKA di bawah arahan Prof. Dr. Ade Hikmat, M.Pd., selaku Direktur.

Sidang tertutup ini menjadi momen sakral yang menandai babak akhir dari perjalanan panjang akademik mereka di UHAMKA. Ketiganya telah membuktikan bahwa semangat menuntut ilmu bukan semata soal gelar, melainkan dedikasi untuk memberi manfaat bagi masyarakat dan peradaban. Mereka pulang bukan hanya dengan predikat akademik tertinggi, tetapi juga membawa nama baik almamater yang selalu menjunjung tinggi integritas ilmiah dan pengabdian.”(Nursalim Turatea).

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *