banner 728x250

Menitip Kisah kepada Sosok Penjaga Peradaban”

banner 120x600
banner 468x60

 

Oleh: Amir Kasim

banner 325x300

Pagi ini, saya mengirim pesan singkat kepada Ketua, “Izin ustadz, nanti siang petang saya…” Kalimat itu mungkin terdengar biasa saja bagi sebagian orang. Tapi bagi saya, itu adalah awal dari sebuah peristiwa besar dalam hidup saya—peristiwa yang ingin saya simpan dalam ingatan dan hati sebagai permulaan dari langkah baru dalam menulis sejarah pribadi.

Sore nanti, insya Allah, saya akan menyampaikan secuil kisah perjalanan hidup saya kepada seorang tokoh yang tidak hanya saya hormati, tetapi saya kagumi karena keteguhan dan pengabdiannya dalam membina dunia intelektual, kebudayaan, dan jurnalistik di Bumi Melayu Kepulauan Riau. Beliau adalah Nursalim Turatea, sosok inspiratif yang kini menjabat sebagai Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, Ketua Afiliasi Pengajar, Penulis, Bahasa, Sastra, Budaya dan Desain (APPBSBD) Provinsi Kepulauan Riau, serta Ketua Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) Provinsi Kepulauan Riau.

Beliau bukan hanya sekadar pemimpin organisasi. Beliau adalah penjaga peradaban. Dalam setiap kalimat yang ditulisnya, dalam setiap kegiatan yang dipimpinnya, dan dalam setiap ruang diskusi yang dihadirkan, ada semangat untuk mengangkat nilai-nilai kemanusiaan, literasi, dan kebangsaan. Maka, ketika saya memilih beliau sebagai tempat saya menitipkan kisah, itu bukan tanpa alasan. Saya percaya bahwa tangan dan pikiran beliau akan merawat cerita saya dengan ketulusan dan kebijaksanaan.

Saya tahu kisah saya bukan kisah besar. Saya bukan tokoh terkenal, bukan pula pemimpin berpengaruh. Tapi saya percaya bahwa setiap insan memiliki narasi yang layak dibagikan. Dan saya percaya bahwa hidup menjadi lebih bermakna jika kita mampu mengabadikan pengalaman menjadi hikmah, dan menjadikannya bagian dari narasi kolektif bangsa.

Melalui WhatsApp yang sederhana, saya ingin menjalin silaturahmi spiritual dan intelektual dengan Nursalim Turatea. Sebab di balik kesibukan beliau sebagai jurnalis, dosen, pemimpin komunitas penulis, serta penggerak budaya, saya melihat sosok yang rendah hati dan penuh welas asih. Saya melihat seseorang yang bersedia mendengar sebelum menulis, memahami sebelum menilai, dan menyentuh hati sebelum mengabarkan.

Saya ingin pertemuan ini menjadi lebih dari sekadar berbagi cerita. Saya ingin menjadikannya momentum untuk merefleksi, membangun harapan baru, dan menemukan arah langkah saya berikutnya. Saya ingin menjadikan sore ini sebagai tonggak, di mana saya menulis ulang tujuan hidup saya, tidak dengan pena biasa, tapi dengan makna yang lebih dalam.

Terima kasih, Ketua Nursalim Turatea, atas ruang dan waktunya. Atas hati dan pemikirannya yang terbuka. Semoga cerita ini kelak menjadi bagian dari lembaran yang tidak hanya saya baca kembali dengan bangga, tapi juga bisa menginspirasi orang lain untuk tidak pernah lelah menulis kisah hidup mereka sendiri.

Karena sejatinya, sejarah besar bangsa ini tak hanya ditulis oleh tokoh besar, tetapi oleh orang biasa yang berani menjadikan hidupnya berarti.

Batam, 26 Juli 2025
Amir Kasim

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *