sidikfokusnews.com-Jakarta. — Kebijakan tarif impor kopi Amerika Serikat yang menekan Brasil menjadi momentum emas bagi Indonesia untuk memperluas penetrasi pasar di Negeri Paman Sam. Dengan tarif hanya 19%—lebih rendah dari Vietnam 20% dan jauh di bawah Brasil 50%—kopi Indonesia berpotensi memperbesar pangsa pasarnya secara signifikan, khususnya di segmen high-quality coffee.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, memperkirakan, jika strategi peningkatan kualitas dan kapasitas berjalan efektif, nilai ekspor kopi Indonesia ke AS bisa tumbuh dua digit setiap tahun. “Dengan permintaan kopi spesial yang terus meningkat, peluang kita bukan hanya memperbesar volume, tapi juga meningkatkan harga jual per kilogram,” ujarnya.
Menurut data International Coffee Organization (ICO), pasar kopi AS bernilai lebih dari US$14 miliar per tahun, dengan pertumbuhan konsumsi premium mencapai 6% secara tahunan. Jika Indonesia mampu menguasai tambahan 2–3% pangsa pasar dari penurunan dominasi Brasil, potensi nilai ekspornya dapat bertambah hingga US$250–300 juta atau sekitar Rp4,1–4,9 triliun per tahun.
Pengamat perdagangan internasional, Rachmat Satrio, menekankan bahwa keberhasilan memanfaatkan celah tarif ini bergantung pada konsistensi mutu dan pasokan. “Pasar AS adalah pasar yang setia, tapi juga keras. Sekali gagal menjaga kualitas, kepercayaan bisa hilang bertahun-tahun. Kita tidak boleh hanya fokus pada kuantitas, tetapi harus membangun reputasi kopi Indonesia sebagai premium brand,” katanya.
Peningkatan kapasitas hulu menjadi tantangan utama. Rachmat mencatat bahwa 95% kebun kopi Indonesia dikelola petani kecil, yang kerap menghadapi keterbatasan modal, teknologi, dan akses pasar. “Tanpa intervensi pemerintah dan kolaborasi swasta, target kualitas konsisten sulit tercapai,” tambahnya.
Pasar domestik yang terus berkembang juga berpotensi menjadi penyangga harga. Tren third wave coffee di kota-kota besar dan pertumbuhan kafe menjadi stimulus bagi petani untuk memproduksi kopi berkualitas tinggi. Namun, Bustanul mengingatkan, “Harga yang saat ini menguntungkan—robusta Rp78.000/kg dan arabika hingga Rp100.000/kg—harus diikuti program jangka panjang untuk menjaga produktivitas.”
Jika strategi ekspor kopi Indonesia ke AS berhasil, manfaatnya tidak hanya berdampak pada neraca perdagangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan lebih dari 1,7 juta petani kopi di seluruh nusantara. Tantangannya kini adalah membangun rantai pasok yang tangguh, dari kebun hingga pasar internasional, sebelum momentum emas ini terlewat.”timredaksiSF