banner 728x250

Kami Siap Menjadi Pemuda Generasi Emas” — Surat Anak Sekolah Rakyat yang Menyentuh Hati Presiden Prabowo

banner 120x600
banner 468x60

 

sidikfokusnews.com-Jakarta, 29 Juli 2025 — Di tengah kesibukannya memimpin negara, Presiden Prabowo Subianto tertangkap kamera tengah membaca sepucuk surat bertulis tangan dari sekelompok anak Sekolah Rakyat Indonesia. Dalam suasana sederhana di ruang pribadinya, Prabowo tampak larut dalam pesan menyentuh dari generasi muda yang merasa hidup mereka telah berubah berkat akses pendidikan yang selama ini nyaris tidak mereka impikan.

banner 325x300

Surat tersebut merupakan ungkapan tulus dari siswa-siswi Sekolah Rakyat — sebuah program pendidikan berbasis kerakyatan yang digagas sebagai solusi atas keterbatasan akses sekolah formal di kalangan keluarga miskin dan komunitas terpinggirkan. Mereka menyampaikan rasa syukur atas fasilitas belajar yang memadai, makanan bergizi setiap hari, guru-guru yang memperlakukan mereka seperti keluarga, dan — yang terpenting — harapan akan masa depan yang sebelumnya mereka anggap tertutup rapat.

Dalam suratnya, mereka menulis:

> “Kami ingin membuktikan kepada orang-orang yang menganggap bahwa orang miskin tidak akan sukses. Kami akan belajar dengan sungguh-sungguh bahwa kami pasti bisa sukses dan menggapai cita-cita kami.”

Surat itu ditutup dengan semangat besar:
“Kami Siap Menjadi Pemuda Generasi Emas.”

Bukan hanya sebuah ungkapan manis, kalimat tersebut mencerminkan arah besar pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang tengah diperjuangkan oleh pemerintah saat ini. Pendidikan, bagi Prabowo, bukan sekadar layanan dasar, tetapi senjata strategis untuk mengangkat martabat bangsa dalam jangka panjang.

Program Sekolah Rakyat Indonesia, yang sudah mulai menjangkau daerah-daerah pelosok sejak 2023, menjadi upaya konkret dalam mendobrak disparitas pendidikan. Modelnya tidak rumit, tapi tepat guna: penyediaan fasilitas belajar yang layak, pendampingan intensif dari guru-guru yang terlatih dengan pendekatan humanistik, serta jaminan pemenuhan kebutuhan gizi bagi peserta didik.

Menurut Dr. Nursalim Raharjo, pakar pendidikan dan keadilan sosial dari Universitas Negeri Yogyakarta, pendekatan seperti ini layak menjadi model nasional.

> “Sekolah Rakyat bukan hanya menjawab soal akses pendidikan, tapi menyentuh jantung dari isu ketimpangan struktural. Ketika anak-anak dari keluarga miskin merasa dihargai dan dilindungi, di situlah pendidikan bekerja sebagaimana mestinya: membebaskan.”

Lebih jauh lagi, ia menyebut pendekatan ini sebagai bentuk implementasi dari pendidikan transformatif yang bukan hanya mencetak lulusan, tapi membentuk kesadaran kritis dan kepercayaan diri pada anak-anak bangsa.

Senada dengan itu, Prof. Dian Anggraini, Guru Besar Pendidikan dari Universitas Indonesia, menilai pengalaman personal seperti yang dituangkan dalam surat tersebut memiliki kekuatan simbolik tinggi:

> “Kita terlalu sering bicara pendidikan dalam angka—angka anak putus sekolah, indeks pembangunan manusia, capaian kurikulum. Tapi suara anak-anak seperti ini mengingatkan kita pada inti dari pendidikan: memanusiakan manusia.”

Bagi Prabowo sendiri, momen membaca surat itu bukan sekadar potret kepedulian. Ia disebut langsung meminta agar program Sekolah Rakyat diperluas ke wilayah-wilayah dengan tingkat putus sekolah tertinggi. “Negara harus hadir, dan negara tidak boleh pilih kasih,” kata Prabowo dalam beberapa pidato kenegaraan sebelumnya. “Setiap anak Indonesia berhak punya mimpi, dan tugas negara memastikan mereka punya jalan menuju ke sana.”

Jika melihat rekam jejaknya, perhatian Prabowo terhadap isu pendidikan bukan datang tiba-tiba. Sejak masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan, ia telah memperjuangkan program pendidikan bela negara yang kini berkembang menjadi pendidikan karakter melalui pendekatan kerakyatan. Salah satunya adalah integrasi nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan keberanian bermimpi — yang kini menjadi dasar kurikulum Sekolah Rakyat.

Dari sudut pandang pembangunan nasional, banyak pihak menilai program ini memiliki efek jangka panjang yang signifikan. Selain menurunkan angka putus sekolah, Sekolah Rakyat juga menciptakan ekosistem sosial baru di desa-desa terpencil — di mana anak-anak tidak hanya belajar, tapi juga merasa aman dan dimanusiakan. Bagi banyak orang tua, ini adalah jawaban dari kecemasan panjang yang selama ini terbungkam.

Surat itu, yang sederhana dan tanpa pretensi, kini bergaung sebagai pesan kuat dari generasi muda kepada bangsa: bahwa ketulusan niat dan keberpihakan negara bisa mengubah segalanya.

Bukan hanya Presiden Prabowo yang terharu membacanya. Kini, surat itu menjadi simbol bahwa kebijakan pendidikan tidak boleh ditentukan dari atas meja, melainkan harus bersuara dari bawah — dari tangan-tangan kecil yang mulai menulis masa depannya dengan percaya diri.”(Arf)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *