sidikfokusnews.com-Tanjungpinang.– Program E-Ticketing di Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang kembali menuai kritik tajam. Gerakan Anak Melayu Negeri Riau (GAMNR) menuding penerapan sistem tiket online oleh KSOP Kelas II Tanjungpinang terkesan dipaksakan tanpa memperhatikan kesiapan infrastruktur maupun kebiasaan masyarakat pengguna jasa transportasi laut.
Di lapangan, mayoritas penumpang masih menganggap sistem manual lebih sederhana, praktis, dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebaliknya, E-Ticketing dianggap rumit, memakan waktu, dan belum mampu memberikan nilai tambah bagi pengguna jasa maupun pemerintah daerah.
GAMNR menilai bahwa program ini gagal memberikan dampak positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Alih-alih mendukung efisiensi, penerapan E-Ticketing justru dikhawatirkan hanya menjadi beban baru bagi masyarakat dan pihak operator kapal tanpa manfaat nyata.
“Transportasi laut adalah urat nadi perekonomian masyarakat Kepri. Kebijakan digitalisasi seharusnya berbasis kajian menyeluruh, bukan dipaksakan hanya demi citra modernisasi,” tegas salah satu perwakilan GAMNR dalam pernyataannya di Tanjungpinang, Sabtu (23/8/2025).
Sementara itu, pakar kebijakan publik, Dr. Nurhayati Ismail, menekankan perlunya evaluasi menyeluruh. Ia berpendapat bahwa setiap proyek digitalisasi di sektor transportasi harus memiliki indikator kinerja yang jelas, mulai dari peningkatan layanan, efektivitas biaya, hingga kontribusinya terhadap PAD.
“Tanpa indikator yang jelas, proyek semacam ini berpotensi menjadi pemborosan anggaran. Pemerintah daerah harus berani menghentikan atau menunda kebijakan yang tidak relevan dengan kebutuhan riil masyarakat,” jelasnya.
GAMNR mendesak Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Dinas Perhubungan untuk segera mengevaluasi dan mempertimbangkan pembatalan program E-Ticketing di Pelabuhan SBP. Mereka menegaskan bahwa pelayanan transportasi laut harus mengutamakan kemudahan, efisiensi, dan kepentingan pengguna jasa, bukan sekadar proyek digitalisasi yang hanya mengejar citra modernitas tanpa kajian matang.”(timredaksiSF)