Tanjungpinang. sidikfokusnews.com_Dalam suasana penuh kehangatan dan kepercayaan, Dr. Aswandi, SE., MM. resmi terpilih sebagai Ketua Umum Kekerabatan Keluarga Kepulauan Anambas (K3A). Terpilihnya sosok birokrat yang masih aktif di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau ini merupakan hasil dari dukungan enam organisasi perwakilan yang menyatukan suara mereka demi kebangkitan kembali organisasi kekerabatan ini.
Meski awalnya menyatakan tidak bersedia menerima amanah tersebut, Dr. Aswandi akhirnya luluh setelah mendapatkan dorongan langsung dari sejumlah tokoh pendiri, termasuk Raja Amirullah. Dalam pertemuan di kedai kopi “Selera Nambas”, ia menyampaikan keprihatinannya atas kondisi K3A saat ini yang dinilai kurang aktif, minim koordinasi, dan mulai kehilangan semangat kekeluargaan yang selama ini menjadi kekuatan utama masyarakat Anambas di perantauan.
Fokus Tiga Tahun: Bangun Koordinasi dan Kekompakan
Meski tidak secara formal menyampaikan visi-misi tertulis, Dr. Aswandi menegaskan bahwa arah perjuangan K3A di bawah kepemimpinannya sangat jelas: meningkatkan koordinasi dan kekompakan warga Anambas di perantauan, terutama di wilayah Tanjungpinang, Bintan, dan daerah lainnya.
“Dua hal inilah yang paling terasa kurang hari ini—koordinasi lemah dan kekompakan meredup. Maka inilah yang harus kita jadikan visi bersama selama tiga sampai lima tahun ke depan,” ujarnya dengan tegas.
Misi Sosial, Bukan Profit
Dr. Aswandi juga menegaskan bahwa K3A bukanlah organisasi yang berorientasi pada keuntungan, melainkan organisasi sosial yang harus mengedepankan pengabdian, keikhlasan, dan gotong royong. “Hari ini tidak ada dana bantuan dari pemerintah. Saya tahu persis karena saya orang dalam birokrasi. Maka jika kita tidak bergerak dengan kekuatan sendiri, organisasi ini tidak akan berjalan,” tegasnya.
Sekretariat dan Aset: Harapan Dukungan Pemda Anambas
Salah satu langkah strategis yang diusulkan oleh ketua umum baru ini adalah permohonan penggunaan aset milik Pemda Anambas di Tanjungpinang untuk dijadikan sekretariat resmi K3A. “Kalau harus menyewa, biayanya bisa sampai 20 juta per tahun. Maka kita berharap Pemda Anambas melalui jalur koordinasi bisa mengizinkan kita menggunakan salah satu aset mereka,” ujarnya. Upaya ini akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan Raja Amirullah yang juga merupakan staf ahli di lingkungan Pemkab Anambas.
Pendataan Warga dan Aktivasi Ambulans
Dalam program jangka pendek, K3A di bawah kepemimpinan Dr. Aswandi juga berencana melakukan pendataan ulang terhadap warga Anambas di wilayah Tanjungpinang dan Bintan yang diperkirakan mencapai 15.000 jiwa. “Banyak warga kita yang tidak tersentuh informasi, terutama orang tua yang tidak aktif di media sosial. Mereka perlu dijemput bola,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti keberadaan mobil ambulans milik K3A yang saat ini belum aktif dikelola. Menurutnya, perlu ditunjuk kembali sopir tetap dan sistem layanan agar ambulans ini dapat digunakan untuk membantu warga yang membutuhkan, terutama mereka yang datang dari Anambas tanpa sanak keluarga di kota.
Rekonsiliasi Dua Kubu K3A
Salah satu tantangan besar yang akan dihadapi Dr. Aswandi adalah menyatukan dua kubu dalam tubuh K3A yang sempat terpecah akibat perbedaan pendapat pada pembentukan struktur sebelumnya. Ia menegaskan pentingnya rekonsiliasi demi soliditas organisasi. “Kalau kita terus terbelah, bagaimana masyarakat bisa percaya? Harus ada satu gerbong yang kita naiki bersama,” ucapnya.
Konsolidasi dengan Organisasi Kedaerahan Lain
Terkait dinamika kegiatan warga, seperti Halal Bihalal, yang belakangan sepi, Dr. Aswandi mengusulkan sistem rotasi pelaksanaan kegiatan antarorganisasi. Misalnya tahun ini digelar oleh IKS, tahun depan oleh K3A. “Walaupun K3A bukan kordinator tunggal, tapi kita perlu duduk bersama agar kegiatan besar warga bisa terorganisir dengan baik dan ramai kembali,” tambahnya.
Kepedulian Sosial sebagai Pilar Utama
Tak hanya fokus pada struktur dan koordinasi, Dr. Aswandi juga menekankan pentingnya kepedulian terhadap sesama warga Anambas, baik yang berada di Tanjungpinang maupun yang sedang dirujuk ke rumah sakit dari Anambas. “Kalau ada warga sakit, apalagi tak punya keluarga di sini, kita harus bantu. Jangan sampai mereka merasa asing di tanah orang,” tuturnya.
Ia bahkan mengusulkan agar ke depan K3A bisa meniru organisasi lain yang telah memiliki dana kas darurat untuk membantu keluarga berduka. “Kita bisa patungan, agar tidak ada warga kita yang merasa terlantar.”
Struktur Efisien, Kerja Maksimal
Menutup sambutannya, Dr. Aswandi menyampaikan bahwa struktur K3A akan dibentuk secara ramping namun fungsional. Ia tidak ingin organisasi ini ramai di atas kertas, tetapi sepi dalam kerja nyata.
“Kita tidak perlu struktur besar, yang penting semua bidang jalan. Lebih baik sedikit tapi aktif daripada banyak tapi tidak bekerja. Saya mohon dukungan dan doa dari semua pihak. Mari kita majukan kembali K3A sebagai wadah kebersamaan dan kekuatan warga Anambas di tanah perantauan.” _redaksi