banner 728x250

Cahaya Tak Pernah Padam: Bunda Aminah, 83 Tahun Mengabdi dalam Ilmu, Organisasi, dan Cinta Negeri

banner 120x600
banner 468x60

 

sidikfokusnews.com-Tanjungpinang.—
Di tengah riuhnya zaman yang terus berubah, hadir satu sosok perempuan yang menjadi jangkar nilai dan kebajikan bagi masyarakat Kepulauan Riau, khususnya Anambas. Namanya Bunda Aminah Ahmad. Pada usianya yang ke-83 tahun, beliau masih berdiri teguh sebagai simbol keteladanan, seorang pendidik sejati, dan pejuang kehidupan yang tak kenal lelah.

banner 325x300

Peringatan hari lahir Bunda Aminah tahun ini terasa istimewa. Di Yogyakarta, di kaki Gunung Merapi yang sarat makna historis, Irwan Jamaludin—seorang penulis, pemikir, sekaligus murid dalam makna nilai—mempersembahkan sebuah karya tulis berjudul “Aminah: Amal, Ilmu, dan Membaca Alam”. Karya ini bukan sekadar penghormatan, tapi catatan hidup yang menyerap semangat seorang perempuan yang telah mendedikasikan lebih dari empat dekade hidupnya untuk dunia pendidikan dan kebangsaan.

“Bismillahirrahmanirrahim,” demikian pembuka naskah itu, disusul bait-bait puitis yang memotret semangat Bunda sejak usia muda:

“Bunda berorganisasi sejak remaja,
usia senja tetap berkarya.
Nasehat bunda untuk anak muda:
isi hidup dengan ilmu berguna,
asah pikiran, pahami realita.”

Dalam setiap langkah, Bunda Aminah mengajarkan bahwa usia bukanlah batas untuk berhenti, melainkan jalan untuk terus memberi. Ia tetap aktif berdialog, berbagi nasihat, dan terlibat dalam ruang sosial. Sosoknya tidak hanya hidup dalam ruang kelas, tapi juga dalam denyut organisasi dan kebudayaan.

Sebagai salah satu Dewan Pendiri Kekerabatan Keluarga Kepulauan Anambas (K3A), Bunda Aminah meletakkan dasar bagi komunitas warga Anambas di rantau untuk saling menguatkan dan menjaga jati diri budaya mereka. K3A tumbuh sebagai wadah solidaritas lintas generasi, dan Bunda Aminah menjadi napas awal yang menggerakkannya.

Dalam kesempatan ini, Ketua Umum K3A, Dr. Azwandi, SE., MM, menyampaikan rasa hormat dan cinta:

“Selamat milad ke-83 kepada Bunda Aminah. Semoga Allah SWT panjangkan usia beliau, meluaskan rezekinya, dan menghadirkan kebahagiaan dunia akhirat. Kami semua berutang budi atas warisan nilai dan perjuangan beliau selama ini.”

Peringatan ulang tahun Bunda Aminah juga dihadiri oleh sejumlah tokoh daerah dan nasional. Anggota DPD RI, Drs. H. Ismeth Abdullah, bersama istri turut memberikan penghormatan secara langsung, disusul tokoh-tokoh dari Batam, Tanjungpinang, Bintan, dan berbagai penjuru Kepulauan Riau yang menyampaikan doa dan ucapan syukur atas usia dan keteguhan Bunda.

Dalam suasana syahdu, Dato Mustafa Abbas menyampaikan sebuah kisah sejarah yang menggugah. Ia mengutip peristiwa besar pasca-pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Kala itu, Kaisar Hirohito memerintahkan para pemimpin perangnya untuk mengumpulkan para guru—bukan tentara, bukan dokter. Ketika ditanya alasannya, sang Kaisar menjawab: “Dari para gurulah kelak akan lahir tentara dan dokter yang lebih hebat.”

Dari 45.000 guru yang tersisa, salah satunya disebut sempat berhubungan dalam lingkar keluarga Bunda Aminah. Cerita itu menjadi simbol penting: bahwa pendidikan adalah fondasi kebangkitan bangsa. Dan Bunda Aminah, adalah bagian dari fondasi itu. Seorang guru yang selama lebih dari 40 tahun mendidik generasi, dan hingga kini masih sehat, penuh semangat, dan aktif bersuara.

“Semangat yang beliau wariskan adalah benih peradaban,” ujar Dato Mustafa. “Tak heran jika Fadli Zon, yang pernah menjadi adik kelas Irwan Jamaludin di Fakultas Sastra, sangat menghormati tokoh-tokoh seperti Bunda Aminah. Mereka bukan sekadar pendidik, mereka adalah penjaga moral bangsa.”

Dalam perbincangan hangat yang penuh kebijaksanaan, Bunda Aminah juga menyampaikan harapannya kepada generasi muda: agar tidak hanya bangga pada sejarah, tetapi menggunakannya sebagai batu loncatan untuk membangun masa depan.

“Kalau kau mau jadi menteri, wakil sajalah dulu. Mulailah dengan semangat. Jangan lupa asalmu,” ujar Bunda mengenang percakapan itu dengan Fadli Zon. Sembari menyebut nama Said Ubay, keponakan dari sahabat pejuangnya di Rempang, sebagai simbol estafet nilai dan semangat.

Ulang tahun Bunda Aminah kali ini menjadi bukan sekadar perayaan pribadi, tetapi cermin perjuangan kolektif, refleksi tentang pentingnya guru dalam membangun bangsa, dan pengingat bahwa ketulusan adalah bentuk paling tinggi dari kepemimpinan.

Hari ini, lentera kecil bernama Bunda Aminah masih menyala. Tidak hanya menerangi ruang di sekitarnya, tapi juga menghangatkan jiwa-jiwa yang pernah disentuhnya.

Dan cahaya itu, insyaAllah, akan terus menyinari generasi yang akan datang.”(timredaksiSF)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *