banner 728x250
Batam  

Bahaya Ambisi Jabatan dalam Pandangan Islam

banner 120x600
banner 468x60

Oleh: Utrianto, Wakil Ketua II PERTI Provinsi Kepri & Anggota MUI Kota Batam (Komisi Ukhuwah)

Dalam kehidupan sosial dan pemerintahan, jabatan sering kali menjadi simbol prestise dan kekuasaan. Namun di balik itu, jabatan sejatinya adalah amanah yang sangat berat pertanggungjawabannya. Tidak sedikit orang yang tergelincir karena ambisi jabatan yang berlebihan, hingga mengorbankan nilai moral dan ajaran agama demi meraih kedudukan.

banner 325x300

Ambisi untuk meraih jabatan memang tidak salah jika dilandasi dengan niat yang tulus untuk berkhidmat kepada masyarakat. Akan tetapi, ketika ambisi itu berubah menjadi obsesi yang membutakan hati, maka jabatan bukan lagi amanah, melainkan menjadi berhala yang disembah. Dalam kondisi seperti itu, seseorang bisa dengan mudah menghalalkan segala cara—berbohong, menipu, bahkan menjatuhkan orang lain demi mendapatkan posisi kekuasaan. Padahal, jabatan yang diperoleh dengan cara kotor hanya akan menimbulkan murka Allah dan kehancuran bagi dirinya sendiri.

Ambisi jabatan yang tidak terkendali juga membawa dampak negatif bagi hubungan sosial. Di lingkungan kerja maupun masyarakat, akan muncul rasa iri, dengki, dan persaingan tidak sehat. Orang yang seharusnya bekerja sama demi kebaikan bersama malah sibuk saling menjatuhkan. Inilah yang menyebabkan kehancuran moral dan rusaknya ukhuwah di tengah umat. Islam mengajarkan agar kita menjunjung tinggi kejujuran, amanah, dan kasih sayang sesama, bukan mengedepankan nafsu untuk berkuasa.

Lebih jauh, ambisi jabatan dapat menghilangkan ketulusan dalam beramal. Orang yang dikuasai nafsu jabatan bekerja bukan lagi karena ingin mengabdi, tetapi karena ingin dilihat dan dipuji. Jabatan dijadikan panggung untuk pencitraan, bukan ladang untuk beribadah. Padahal, amal yang tidak dilandasi keikhlasan tidak akan bernilai di sisi Allah. Rasulullah ﷺ pernah menegaskan bahwa pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya, bukan penguasa yang menindas mereka.

Akibat paling fatal dari ambisi jabatan adalah kehancuran diri dan lingkungan. Seseorang yang mendapatkan kekuasaan melalui cara yang tidak benar akan sulit menghindari penyalahgunaan wewenang. Ia akan terjerumus dalam korupsi, nepotisme, dan pengkhianatan terhadap kepercayaan publik. Kekuasaan yang seharusnya membawa manfaat justru menjadi sumber kerusakan.

Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam sabdanya:
“Sesungguhnya kalian akan sangat berambisi terhadap jabatan, padahal kelak pada hari kiamat ia menjadi penyesalan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang mengejar jabatan tanpa kesiapan moral dan spiritual. Jabatan bukanlah kebanggaan, melainkan ujian. Setiap keputusan dan tindakan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Karenanya, sebelum mengejar jabatan, tanyakanlah pada diri sendiri: apakah niat kita tulus untuk melayani umat, atau sekadar untuk dilayani dan dihormati? Apakah kita ingin menegakkan kebenaran, atau hanya ingin dikenal dan dipuji? Jabatan yang diiringi dengan keikhlasan akan membawa keberkahan, tetapi jabatan yang lahir dari nafsu akan menjadi sumber kehinaan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berhati-hati terhadap tipu daya ambisi, dan menjadikan jabatan—sekecil apa pun—sebagai sarana untuk mengabdi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab dunia hanyalah sementara, sedangkan amanah akan dimintai pertanggungjawaban selamanya.

Redaksi

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *