banner 728x250
Daerah  

Aksi Sapu Lidi: Kursi Kotor Dari Sebelum Diduduki dengan ‘Tumpukan’ Pesanan Emak-Emak Bersapu Lidi, Rakyat Bersuara: Kursi DPR/DPRD Kotor Sejak Awal Dibeli Bohir

banner 120x600
banner 468x60

Penulis: Monica Nathan

sidikfokusnews.com-Jakarta.- kemarin disapu. Bukan oleh petugas kebersihan, melainkan oleh emak-emak. Mereka membawa sapu lidi, bukan untuk halaman rumah, melainkan untuk Senayan. Bukan untuk debu, tetapi untuk kotoran negara.

banner 325x300

Kursi legislatif yang mestinya suci sebagai amanah rakyat, sejak awal sudah kotor. Kursi DPR maupun DPRD tidak lagi ditentukan oleh kualitas, gagasan, atau integritas. Ia ditentukan oleh uang. Mau nyalon? Siapkan dana. Kalau tidak ada dana, jangan harap duduk di kursi itu. Suara rakyat pun bisa dibeli. Yang kuat modalnya, kursinya terjamin.

Begitu kursi berhasil didapat, gaji dan tunjangan hanyalah receh. Yang lebih besar adalah balas budi. Utang pada para bohir harus dibayar. Caranya lewat proyek, korupsi, atau kebijakan titipan. Kursi rakyat berubah menjadi kursi dagangan, dijalankan bukan demi kepentingan bangsa, melainkan demi kepentingan sponsor.

Contoh nyata bisa dilihat di Batam. Saat Purajaya dirobohkan, saat reklamasi ilegal di Teluk Tering berjalan, DPRD tidak tampil sebagai pembela rakyat. Yang muncul justru kabar adanya amplop untuk membungkam pegiat media sosial agar kritik mereda. Uang jalan, suara padam, reklamasi terus melaju. Itu baru di level kota. Bagaimana di Senayan? Skala mainannya jauh lebih besar: tambang, migas, Freeport, mafia pangan.

Karena itu jangan heran bila mafia minyak goreng tetap aman, mafia tambang makin kaya, mafia beras tidak tersentuh, dan mafia lahan terus ekspansi. Kursi legislatif yang semestinya mewakili rakyat, nyatanya sejak awal sudah menjadi milik bohir.

Kini emak-emak turun tangan. Dalam rumah tangga, suara emak sering menjadi penentu. Dan bila emak-emak sudah membawa sapu lidi ke Senayan, itu bukan sekadar simbol, melainkan peringatan keras. Jangan main-main dengan suara rakyat.

Membersihkan DPR tidak cukup hanya mengutak-atik tunjangan atau gaji. Yang harus disapu adalah kursi yang kotor sejak awal, jaringan bohir yang membeli wakil rakyat, serta mafia yang menumpang hidup dari kebijakan. Karena jika tidak, rakyat hanya akan terus disuguhi wakil-wakil yang bekerja bukan dengan ideologi, bukan dengan nurani, tetapi dengan kalkulator utang pada para pemodal.

Di antara debu, mungkin hanya segelintir yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Selebihnya hanyalah kursi yang sudah lama dijual, dibeli, dan dipenuhi noda.”redaksiSF

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *