sidikfokusnews.com.Jakarta.-Di balik sosoknya yang tenang dan bersahaja, Dr. Hj. Ihsana El Khuluqo, M.Pd. menyimpan perjalanan panjang dan penuh makna dalam dunia pendidikan. Ia bukan hanya dikenal sebagai Sekretaris Sosial UHAMKA dan Ketua Program Studi Doktor Pendidikan, tetapi juga sebagai seorang perempuan visioner yang sejak muda telah membaktikan dirinya untuk mencerdaskan anak bangsa, jauh sebelum ia menyandang gelar akademik bergengsi seperti sekarang.
Lahir sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara, Ibu Ihsan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang memegang teguh nilai-nilai keislaman dan kebersamaan. Pada tahun 1977, ia menikah dalam usia yang masih muda melalui perjodohan atas kehendak orang tua. Suaminya saat itu bekerja di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jakarta, meskipun latar belakangnya berasal dari dunia pesantren, yakni dari Pesantren Rejoso, Jombang — salah satu pesantren ternama di tanah Jawa. Perpaduan antara tradisi pesantren dan kehidupan urban di ibu kota menjadi fondasi yang unik dalam membentuk karakter Ibu Ihsan sebagai ibu rumah tangga sekaligus calon tokoh pendidikan.
Tahun 1990 menjadi titik balik dalam hidupnya. Kala itu, di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, tumbuh panggilan hati yang kuat untuk mendirikan lembaga pendidikan. Ia mulai membangun Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama Islam di wilayah Cimanggis, Depok. Semangatnya tidak hanya karena ingin mengisi waktu atau mengejar karier, tetapi murni didasari niat untuk menghadirkan pendidikan berkualitas bagi masyarakat sekitarnya. Di tahun 1995, ia dan keluarga pindah ke kawasan Sentul, Bogor — sebuah keputusan yang kelak membuka ruang gerak baru dalam memperluas peran pendidikannya.
Meskipun telah aktif membangun sekolah, Ibu Ihsan menyadari bahwa perjuangan di dunia pendidikan tidak cukup hanya bermodal semangat. Ia memantapkan langkah untuk kembali ke bangku kuliah. Tahun 2000, ia resmi menjadi mahasiswa Program Sarjana Administrasi Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Tak berhenti di situ, ia melanjutkan ke jenjang magister (S2) di kampus yang sama dan lulus pada tahun 2007.
Langkah akademiknya berlanjut lebih jauh saat ia memutuskan menempuh program doktoral di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada tahun 2008 dan lulus tahun 2012. Selama masa studi S3 inilah, sebuah peristiwa penting terjadi. Dekan FIP UPI saat itu, Prof. Dr. Edi Baskoro, meminta beliau untuk menyusun konsep pendirian sekolah model, yakni lembaga pendidikan usia dini yang terintegrasi antara daycare dan taman kanak-kanak. Konsep tersebut tak sekadar selesai di atas kertas, tetapi diwujudkan dalam bentuk nyata pada tahun 2009 dan kini berkembang menjadi salah satu TK unggulan yang diakui kualitasnya.
Namun, kontribusi Ibu Ihsan tidak hanya tercermin dari gelar atau jabatan yang ia emban. Yang paling menyentuh dan mencengangkan adalah keputusan besar yang ia ambil: mewakafkan tanah warisan orang tuanya yang berhektar-hektar untuk membangun sekolah-sekolah Islam. Bukan hanya itu, lembaga pendidikan yang ia dirikan menjadi salah satu yang termurah di Indonesia, dengan biaya pendidikan bulanan di bawah seratus ribu rupiah. Hal ini bukan karena sekolah tersebut kekurangan sumber daya, melainkan karena filosofi hidupnya yang mendalam: bahwa ilmu pengetahuan harus dapat diakses oleh siapa pun, tanpa terkendala oleh ekonomi.
Bergabung menjadi dosen di FKIP UHAMKA pada tahun 2009, Ibu Ihsan memilih jurusan Pendidikan Ekonomi sebagai ranah pengabdiannya di tingkat perguruan tinggi. Ia terus mendidik, membimbing mahasiswa, dan menanamkan nilai-nilai idealisme dalam dunia pendidikan. Kini, sebagai Ketua Jurusan Program Doktor Pendidikan dan juga Sekretaris Sosial UHAMKA, ia tetap rendah hati dan tak henti memikirkan bagaimana pendidikan bisa menjadi jembatan keadilan sosial.
Di ruang kerja atau ruang kelas, ia adalah dosen yang tegas dan inspiratif. Di rumah, ia adalah ibu dan istri yang penuh kasih. Di tengah masyarakat, ia adalah tokoh perempuan yang membumi namun berdampak tinggi. Jejaknya bukan sekadar tercatat dalam dokumen akademik, tetapi hidup dalam setiap siswa yang ia layani, dalam setiap guru yang ia bimbing, dan dalam setiap lembaga pendidikan yang lahir dari ketulusan hatinya.
Kisah hidup Dr. Hj. Ihsana El Khuluqo, M.Pd. adalah bukti bahwa pendidikan tidak hanya lahir dari teori, tetapi dari niat suci dan tindakan nyata. Ia telah membuktikan bahwa seorang perempuan dapat menjadi agen perubahan yang luar biasa — tidak dengan kekuasaan, tetapi dengan keteladanan dan pengorbanan. Dalam diamnya, ia membangun. Dalam senyumnya, ia memberi harapan. Dan dalam hidupnya, ia telah menjadi pelita bagi dunia pendidikan Indonesia.
Ditulis oleh Nursalim
Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWO Indonesia) Provinsi Kepulauan Riau