sidikfokusnews.com.Jakarta.- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali membuat gebrakan dengan menunjuk perwira tinggi TNI aktif sebagai Direktur Utama Perum Bulog. Kali ini, giliran Mayor Jenderal TNI Ahmad Rizal Ramdhani yang dipercaya menduduki kursi tertinggi dalam struktur manajemen perusahaan logistik pangan milik negara tersebut, menggantikan Novi Helmy Prasetya yang mengundurkan diri karena kembali ditugaskan ke institusi TNI atas permintaan Panglima TNI.
Penunjukan ini diumumkan oleh Erick Thohir usai menghadiri Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, dan langsung memicu perbincangan luas di kalangan publik, terutama mengenai keterlibatan aktif unsur militer dalam kepemimpinan BUMN strategis seperti Bulog. Erick menyebut, penunjukan Ahmad Rizal telah melalui proses pertimbangan mendalam dan merupakan bagian dari upaya memperkuat tata kelola logistik nasional di tengah berbagai tantangan geopolitik dan ketahanan pangan global.
“Sudah, Pak Novi memang diminta kembali oleh Panglima ke kesatuannya. Sekarang sudah ada Dirut baru lagi, dan benar, Mayjen TNI Ahmad Rizal,” ujar Erick kepada wartawan.
Mayjen Ahmad Rizal bukan nama asing dalam tubuh TNI. Ia dikenal sebagai sosok disiplin, berpikiran strategis, dan memiliki rekam jejak kepemimpinan yang kuat dalam bidang pertahanan dan koordinasi logistik militer. Pengalaman panjangnya dalam mengelola rantai pasok logistik di lingkungan TNI dinilai menjadi nilai tambah dalam menjawab kompleksitas tugas di Perum Bulog, terutama dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pokok bagi masyarakat.
Penunjukan ini sekaligus memperpanjang jejak keterlibatan militer di pucuk pimpinan Bulog. Sebelumnya, nama seperti Letjen TNI (Purn) Budi Waseso dan terakhir Mayjen Novi Helmy menunjukkan bahwa kolaborasi sipil-militer dalam pengelolaan logistik nasional bukanlah hal baru. Bahkan, dalam konteks geopolitik dan kebutuhan akan ketahanan pangan yang semakin kompleks, pendekatan militeristik dinilai bisa memberikan disiplin, efisiensi, dan struktur yang solid dalam manajemen rantai pasok nasional.
Meski begitu, langkah ini tidak luput dari sorotan dan perdebatan publik. Beberapa kalangan mempertanyakan mengapa posisi strategis di BUMN masih diberikan kepada prajurit aktif, dan bukannya melalui seleksi terbuka dari kalangan profesional sipil atau korporasi. Kekhawatiran akan tumpang tindih fungsi antara ranah sipil dan militer kembali muncul, terutama dalam konteks demokratisasi dan transparansi pengelolaan BUMN.
Menanggapi hal tersebut, Erick Thohir sebelumnya pernah menyampaikan bahwa keterlibatan militer dalam BUMN bukan semata soal jabatan, tetapi juga bagian dari strategi manajemen nasional yang membutuhkan pendekatan integral. Ia menekankan bahwa siapa pun yang ditunjuk harus memiliki kompetensi, rekam jejak, serta mampu menjawab tantangan strategis ke depan.
“Ini bukan soal militer atau sipil, ini soal siapa yang paling siap menjaga kedaulatan pangan nasional,” tegas Erick dalam sebuah pernyataan sebelumnya.
Perum Bulog sendiri memiliki peran vital dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pangan pokok, khususnya beras. Di tengah ancaman krisis pangan global, perubahan iklim, serta dinamika perdagangan internasional, Bulog dituntut tidak hanya mampu menjaga pasokan dalam negeri, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam manajemen cadangan strategis pangan nasional.
Dengan penunjukan Mayjen Ahmad Rizal Ramdhani, publik berharap akan ada langkah-langkah konkret dan terobosan dalam membenahi sistem distribusi, efisiensi gudang, penguatan cadangan beras pemerintah (CBP), serta transparansi dalam penyaluran bantuan pangan. Di bawah kepemimpinannya, Bulog diharapkan tidak hanya menjadi institusi logistik yang tangguh, tetapi juga mampu menjalankan perannya sebagai alat negara dalam menjaga keseimbangan sosial dan ekonomi masyarakat.
Langkah ini sekaligus menandai babak baru sinergi antara kekuatan pertahanan nasional dan sistem logistik sipil. Jika berhasil, penunjukan ini bisa menjadi model baru tata kelola BUMN strategis yang berbasis pada kolaborasi multi-sektor demi ketahanan nasional yang berkelanjutan. Namun jika tidak, maka kritik soal dominasi militer dalam jabatan sipil akan kembali mengemuka. Saat ini, semua mata tertuju pada kinerja Mayjen Ahmad Rizal dan bagaimana ia akan membawa Bulog ke arah yang lebih kuat, transparan, dan adaptif terhadap tantangan masa depan.” (Tim Redaksi SF)