banner 728x250
Budaya  

Seminar Internasional 865 Tahun Bintan: Merayakan Warisan, Menyatukan Keilmuan Melayu Serumpun

banner 120x600
banner 468x60

 

sidikfokusnews.com.Tanjungpinang.- Dalam rangka memperingati 865 Tahun Bintan sebagai “Jantung Negeri Melayu”, sebuah Seminar Internasional yang menggugah dan sarat makna telah sukses digelar pada Selasa pagi, 8 Juli 2025, di Aula Ismeth Abdullah, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Tanjungpinang. Kegiatan ilmiah ini bukan hanya menjadi ajang intelektual, tetapi juga simbol pertemuan lintas budaya, negara, dan generasi, yang memperkokoh peran Bintan sebagai simpul sejarah dan budaya dunia Melayu.

banner 325x300

Acara yang diselenggarakan oleh panitia lokal bersama pemangku adat dan mitra akademik ini dihadiri oleh para tokoh penting dan narasumber kelas dunia dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Seminar menjadi penanda kuat bahwa sejarah, budaya, dan identitas Melayu tidak hanya hidup di dalam buku, tetapi senantiasa berdenyut di tengah masyarakat.

Turut hadir memberikan kehormatan pada acara tersebut, Drs. Sardison, M.TP, Staf Ahli Gubernur Kepulauan Riau Bidang Pemerintahan dan Hukum, yang mewakili Gubernur Kepulauan Riau. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi mendalam atas terselenggaranya kegiatan ini sebagai bukti nyata kecintaan masyarakat terhadap akar budayanya, sekaligus sebagai momentum strategis untuk merefleksikan kembali posisi Bintan dalam peradaban Melayu dan kawasan maritim Asia Tenggara.

Rektor UMRAH, Prof. Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi, DEA, di wakilkan kepada wakil rektor 1. Dr. Tengku Said Reza’i, S.Pi, M.P. menyampaikan pentingnya peran lembaga pendidikan tinggi dalam memelihara dan mengembangkan studi budaya lokal sebagai bagian dari ilmu pengetahuan global. Beliau menegaskan bahwa universitas harus menjadi pilar penguatan identitas kebangsaan dan budaya Melayu dalam era digital dan globalisasi.

Seminar ini juga mendapatkan kehormatan dari kehadiran dua tokoh besar Melayu yang namanya tak asing lagi dalam jagat sejarah dan kebudayaan Kepulauan Riau: Dato H. Huzrin Hood dan Dato Rida K. Liamsi. Dato Huzrin, sebagai pemangku adat sekaligus pejuang pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, menyampaikan pandangan historis dan reflektif mengenai perjalanan panjang Bintan sebagai pusat kebudayaan, kekuasaan, dan spiritualitas Melayu. Sementara Dato Rida K. Liamsi, budayawan dan tokoh pers Melayu lintas negara, memberikan narasi yang menyentuh tentang pentingnya menjaga kesinambungan tradisi dan narasi Melayu dalam ekosistem literasi dan media modern.

Adapun seminar ilmiah ini menghadirkan enam narasumber terkemuka dari tiga negara serumpun:

Prof. Madya Dr. Rohaidah Kamaruddin, dari Universiti Putra Malaysia (UPM), membawakan kajian mendalam tentang dinamika bahasa dan komunikasi dalam dunia Melayu modern.

Prof. Abdul Malik, M.Pd, Guru Besar Bahasa dan Sastra Indonesia dari UMRAH, mengulas peran sastra dalam merawat identitas Melayu dan perjuangan nilai-nilai budaya dalam karya sastra kontemporer.

Prof. Dr. Mukhlis PaEni, Ketua Dewan Pakar Memori Kolektif Bangsa dari Arsip Nasional Republik Indonesia, membedah rekam jejak Bintan dalam memori kolektif nasional serta posisi strategisnya dalam arus sejarah maritim.

Prof. Dr. Susanto Zuhdi, Guru Besar Sejarah Maritim Indonesia dari Universitas Indonesia, menawarkan perspektif kritis terhadap sejarah Bintan dan transformasi geopolitik dunia Melayu, serta pengalaman beliau sebagai mantan Direktur Sejarah di Kemendikbud RI dan Staf Ahli Menteri Pertahanan.

YBhg. Tan Sri Prof. Datuk Wira Dr. Abdul Latiff Abu Bakar, dari Universiti Malaya (UM), memberikan ceramah utama tentang pentingnya manuskrip dan buku Melayu sebagai sumber sejarah dan jati diri bangsa serumpun. Beliau juga adalah Ketua Dua GAPENA dan Pengerusi YPBN Malaysia.

Encik Rashikin Rajah, budayawan Melayu dari Singapura, memberikan penekanan pada kelestarian seni pertunjukan Melayu sebagai alat diplomasi budaya dan jembatan lintas generasi.

Diskusi yang berlangsung dinamis tersebut dipandu oleh Dr. Anastasia Wiwik Swastiwi, M.A, seorang dosen sejarah sekaligus Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Wilayah Kepulauan Riau, yang bertindak sebagai moderator. Di bawah kepiawaian beliau, dialog intelektual menjadi lebih hidup, dengan menyatukan sudut pandang akademisi, budayawan, sejarawan, dan masyarakat adat.

Aula Ismeth Abdullah pagi itu dipenuhi antusiasme luar biasa dari peserta yang berasal dari kalangan akademisi, mahasiswa, budayawan, lembaga adat Melayu, tokoh masyarakat, hingga masyarakat umum. Ruangan tempat berlangsungnya seminar menjadi saksi semangat kolektif untuk menjaga dan mengangkat kembali nilai-nilai luhur Melayu yang telah menjadi fondasi peradaban Bintan selama delapan abad lebih.

Lebih dari sekadar seminar, kegiatan ini adalah napak tilas spiritual dan intelektual, pengingat bahwa Melayu bukan sekadar identitas kultural, tetapi juga kekuatan historis dan moral yang dapat memandu masa depan bangsa. Melalui pertemuan lintas batas ini, terbangun harapan baru: bahwa Bintan akan terus menjadi mercusuar budaya, sejarah, dan pemikiran Melayu di Asia Tenggara, bahkan dunia.”(Arf)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *