Tanjungpinang. sidikfokusnews.com. Aula Gedung Asrama Haji Kota Tanjungpinang, Sabtu pagi itu, berubah menjadi lautan baju kurung Melayu dengan motif khas Anambas. Aroma masakan tradisional dan suara canda berlogat Siantan memenuhi udara, menandakan bahwa acara ini bukan sekadar agenda organisasi, melainkan momen pulang ke rumah—setidaknya secara batin. Ratusan delegasi dari berbagai penjuru—Batam, Pekanbaru, Jakarta, hingga mahasiswa-mahasiswa asal Anambas—hadir untuk satu tujuan penting: memilih Ketua Umum Badan Pimpinan Pusat (BPP) Kekerabatan Keluarga Kepulauan Anambas (K3A) untuk masa bakti 2025–2030.
Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) ini menjadi titik balik setelah kekosongan kepemimpinan yang terjadi sejak akhir 2024. Kekosongan yang cukup lama, yang membuat denyut organisasi sempat melemah, dan membutuhkan momentum baru untuk menyalakan kembali semangat kolektif sebagai satu keluarga besar Anambas di tanah perantauan.
Ketua standing committee, Said Damirie, dalam laporan singkatnya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih mendalam atas antusiasme masyarakat. Ia mengakui bahwa Mubes yang sempat digelar pada penghujung 2024 harus dianulir karena ketidaksesuaian beberapa pasal hasil sidang dengan AD/ART organisasi. Dari situlah panitia mulai bekerja ekstra keras, melakukan konsolidasi selama dua bulan terakhir secara gotong royong dan melibatkan lintas generasi.
“Semangat luar biasa itulah yang hari ini Bapak-Ibu rasakan,” ujar Said dari podium, disambut tepuk tangan panjang dari hadirin yang memenuhi ruangan.
Namun lebih dari sekadar formalitas, Mubeslub kali ini membawa makna yang lebih dalam. Ia menjadi forum rekonsiliasi dan regenerasi, sekaligus momentum untuk meneguhkan kembali jati diri K3A sebagai rumah bersama warga Anambas di manapun mereka berada.
Salah satu momen penting dalam sidang adalah hadirnya tokoh sentral Kepulauan Riau, Dato’ Huzrin Hood, Ketua Umum Badan Pejuang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR). Dato’ Huzrin, dikenal sebagai “penjaga sejarah”, tampil memberi pidato yang menggugah, penuh energi namun bersahaja. Ia menyampaikan bahwa K3A harus dipimpin oleh figur yang tidak hanya paham akar budaya dan sejarah, tapi juga mampu membaca arah zaman.
“K3A butuh penjaga api—figur yang paham akar kekerabatan sekaligus cakap menavigasi isu nasional seperti maritim, pelabuhan, dan perikanan,” ujarnya dengan tegas.
Ia kemudian menyodorkan nama Prof. Dr. Ir. Ardiansyah, pakar kebijakan kelautan yang kini berkiprah di Kantor Staf Presiden. Menurutnya, jejaring nasional yang dimiliki Prof. Ardiansyah adalah aset penting untuk membawa Anambas naik ke panggung kebijakan publik tingkat nasional.
Gema pidato Dato’ Huzrin tidak hanya menunjukkan arah strategis organisasi, tetapi juga mengukuhkan kembali identitas K3A sebagai bagian dari gerakan masyarakat sipil yang berpikir jauh ke depan, melampaui seremoni, dan tidak larut dalam romantisme masa lalu.
Sementara Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, yang berhalangan hadir secara langsung, menyampaikan dukungan melalui perwakilan resminya, Dr. Aswandi, SE., MM. Dalam sambutan tertulis, Gubernur menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Kepri siap memfasilitasi program-program K3A yang sejalan dengan arah pembangunan daerah, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan penguatan ekonomi masyarakat perbatasan.
Kehadiran Dr. Aswandi di forum ini pun membawa kejutan tersendiri. Lewat musyawarah mufakat, ia terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum BPP K3A periode 2025–2030. Dari total 24 suara pemilih, seluruhnya sepakat memilih sosok akademisi dan birokrat yang dikenal santun dan komunikatif ini. Sebuah mandat penuh yang menjadi awal tanggung jawab besar dalam menghidupkan kembali energi kolektif organisasi.
Dalam pidatonya usai terpilih, Dr. Aswandi menekankan bahwa K3A harus kembali menjadi “penyambung lidah rakyat Anambas di mana pun mereka berada”. Ia menyinggung pentingnya kolaborasi lintas sektor, penguatan data diaspora Anambas, serta program-program konkret yang menyentuh kebutuhan keluarga Anambas di bidang pendidikan, kesehatan, serta perlindungan sosial di perantauan.
Di luar ruang sidang, suasana tetap hangat dan penuh kekeluargaan. Meja-meja yang dipenuhi sajian khas Anambas seperti laksa, nasi lemak, dan roti gendang panas menjadi tempat bertemunya para perantau lama dan muda. Gelak tawa, sapaan dalam logat Melayu Anambas, serta pelukan hangat antar sesama menegaskan satu hal: bahwa sebesar apapun perbedaan pandangan dalam organisasi, semangat kekerabatan tetap menjadi jangkar utama yang tak boleh putus.
Mubeslub ini bukan hanya forum administratif. Ia adalah panggung kebangkitan nilai-nilai dasar K3A: gotong royong, kesetaraan, dan cinta kampung halaman. Dalam konteks geopolitik dan geoekonomi yang kian dinamis, keberadaan organisasi seperti K3A menjadi penting sebagai penghubung antara warga dan kebijakan, antara identitas dan masa depan.
Dengan nahkoda baru, harapan besar kini dititipkan. Api kekerabatan yang dijaga selama ini, harus terus menyala dan tidak boleh padam. Karena sejatinya, K3A adalah rumah. Dan setiap rumah, harus dirawat oleh cinta dan kesetiaan para penghuninya. (Redaksi sp)