banner 728x250

Pariwisata Kepri Butuh Aksi Nyata, Bukan Hanya Narasi: Long Weekend Sepi, Wacana Wisata Mendunia Jadi Pepesan Kosong

banner 120x600
banner 468x60

Tanjungpinang. sidikfokusnews.com. 27 Juni 2025

Libur panjang seharusnya menjadi momentum emas untuk menggerakkan roda ekonomi melalui sektor pariwisata. Namun sayangnya, kondisi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) justru berkebalikan. Alih-alih menjadi pusat keramaian dan kegiatan wisata, sejumlah destinasi di wilayah ini justru terlihat sepi tanpa sentuhan kreativitas maupun inisiatif dari pemangku kebijakan. Hal ini memicu kekecewaan dari pelaku industri dan masyarakat yang selama ini menaruh harapan besar terhadap kemajuan pariwisata Kepri.

banner 325x300

Tidak tampak geliat event besar, tidak ada promosi menarik yang menggugah minat wisatawan domestik apalagi mancanegara, bahkan kolaborasi dengan pelaku perjalanan seperti agen travel, pelaku UMKM, hingga komunitas lokal pun seakan lenyap dari radar Dinas Pariwisata.

Generasi cinta wisata Kepri “Jujur saya kecewa. Di saat daerah lain berlomba menggelar atraksi wisata saat long weekend, Kepri justru diam. Narasi tentang ‘wisata mendunia’ seakan hanya menjadi slogan kosong,” ujar salah satu pengusaha travel lokal yang enggan disebutkan namanya.

Momentum Terbuang, Citra Kepri Taruhannya

Sebagai provinsi kepulauan yang memiliki potensi bahari luar biasa, Kepri seharusnya tampil sebagai magnet wisata yang menghidupkan kawasan perbatasan dan menjadi beranda pariwisata Indonesia. Dari pesona laut Natuna, pantai-pantai memesona di Anambas, keunikan budaya Melayu di Lingga, hingga sejarah di Tanjungpinang dan kemajuan metropolitan Batam—semua bisa menjadi daya tarik utama jika dikelola dengan baik.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan lemahnya kreativitas dan kepemimpinan dalam merespons momen strategis. Saat daerah-daerah seperti Banyuwangi, Yogyakarta, dan Bali sibuk membranding diri dengan event tematik dan promosi digital, Kepri justru terjebak dalam retorika yang tak berujung.

Yang lebih menyakitkan lagi, kritik muncul bukan semata-mata dari pihak luar. Masyarakat lokal pun mulai mempertanyakan kinerja dinas yang seharusnya menjadi motor penggerak pariwisata. “Kita seperti hidup di daerah yang tidak punya cita-cita besar di sektor pariwisata. Selalu wacana, tapi tidak ada eksekusi,” ucap tokoh pemuda Tanjungpinang.

Kepemimpinan Kosong Gagasan, Sarat Transaksional?

Kekecewaan publik bukan tanpa alasan. Banyak yang menilai bahwa kepemimpinan Dinas Pariwisata saat ini minim inovasi dan lebih mengandalkan jalur politik serta kedekatan kekuasaan ketimbang kompetensi dan prestasi.

“Ini akibat kerja jalur belakang, bukan karena prestasi. Sehingga kita dapat kepala dinas yang tidak memahami anatomi pariwisata secara utuh. Tidak peka terhadap momentum, tidak mampu membangun jejaring kerja, apalagi membangkitkan semangat para pelaku wisata,” lanjut pengusaha hotel di kawasan Nongsa.

Lebih dari itu, beberapa sumber bahkan menyebut adanya stagnasi program karena ketidakhadiran kepemimpinan yang visioner dan operasional. Rapat-rapat rutin hanya formalitas, perencanaan kegiatan cenderung copy-paste tahun sebelumnya, tanpa evaluasi dampak dan tanpa indikator pencapaian yang terukur.

Butuh Aksi Nyata, Bukan Gong-Gongan Kosong

Sudah saatnya pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata Kepri, mengakhiri sikap reaksioner dan mulai bergerak secara strategis. Aksi nyata sangat dibutuhkan: membangun kalender event yang konsisten dan kreatif, melibatkan komunitas lokal, menggandeng pelaku industri, hingga memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk promosi global.

Kepri memiliki segala modal untuk menjadi poros wisata unggulan di Asia Tenggara. Tapi tanpa kepemimpinan yang kuat, profesional, dan terbuka terhadap kolaborasi, maka semua itu hanya akan menjadi pepesan kosong belaka.

Masyarakat dan pelaku wisata kini menuntut perubahan. Mereka tidak butuh lagi narasi indah yang menggema di ruang seminar atau konferensi pers. Yang dibutuhkan adalah gerak nyata, keberanian untuk membuktikan bahwa Kepri bukan hanya punya potensi, tapi juga punya tekad dan kerja keras untuk mewujudkan “wisata mendunia” sebagai kenyataan, bukan sekadar ilusi.
(arf)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *