Tanjungpinang. sidikfokusnews.com. 27 Juni 2025
Libur panjang seharusnya menjadi momentum emas untuk menggerakkan roda ekonomi melalui sektor pariwisata. Namun sayangnya, kondisi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) justru berkebalikan. Alih-alih menjadi pusat keramaian dan kegiatan wisata, sejumlah destinasi di wilayah ini justru terlihat sepi tanpa sentuhan kreativitas maupun inisiatif dari pemangku kebijakan. Hal ini memicu kekecewaan dari pelaku industri dan masyarakat yang selama ini menaruh harapan besar terhadap kemajuan pariwisata Kepri.
Tidak tampak geliat event besar, tidak ada promosi menarik yang menggugah minat wisatawan domestik apalagi mancanegara, bahkan kolaborasi dengan pelaku perjalanan seperti agen travel, pelaku UMKM, hingga komunitas lokal pun seakan lenyap dari radar Dinas Pariwisata.
Generasi cinta wisata Kepri “Jujur saya kecewa. Di saat daerah lain berlomba menggelar atraksi wisata saat long weekend, Kepri justru diam. Narasi tentang ‘wisata mendunia’ seakan hanya menjadi slogan kosong,” ujar salah satu pengusaha travel lokal yang enggan disebutkan namanya.
Momentum Terbuang, Citra Kepri Taruhannya
Sebagai provinsi kepulauan yang memiliki potensi bahari luar biasa, Kepri seharusnya tampil sebagai magnet wisata yang menghidupkan kawasan perbatasan dan menjadi beranda pariwisata Indonesia. Dari pesona laut Natuna, pantai-pantai memesona di Anambas, keunikan budaya Melayu di Lingga, hingga sejarah di Tanjungpinang dan kemajuan metropolitan Batam—semua bisa menjadi daya tarik utama jika dikelola dengan baik.
Namun, realitas di lapangan menunjukkan lemahnya kreativitas dan kepemimpinan dalam merespons momen strategis. Saat daerah-daerah seperti Banyuwangi, Yogyakarta, dan Bali sibuk membranding diri dengan event tematik dan promosi digital, Kepri justru terjebak dalam retorika yang tak berujung.
Yang lebih menyakitkan lagi, kritik muncul bukan semata-mata dari pihak luar. Masyarakat lokal pun mulai mempertanyakan kinerja dinas yang seharusnya menjadi motor penggerak pariwisata. “Kita seperti hidup di daerah yang tidak punya cita-cita besar di sektor pariwisata. Selalu wacana, tapi tidak ada eksekusi,” ucap tokoh pemuda Tanjungpinang.
Kepemimpinan Kosong Gagasan, Sarat Transaksional?
Kekecewaan publik bukan tanpa alasan. Banyak yang menilai bahwa kepemimpinan Dinas Pariwisata saat ini minim inovasi dan lebih mengandalkan jalur politik serta kedekatan kekuasaan ketimbang kompetensi dan prestasi.
“Ini akibat kerja jalur belakang, bukan karena prestasi. Sehingga kita dapat kepala dinas yang tidak memahami anatomi pariwisata secara utuh. Tidak peka terhadap momentum, tidak mampu membangun jejaring kerja, apalagi membangkitkan semangat para pelaku wisata,” lanjut pengusaha hotel di kawasan Nongsa.
Lebih dari itu, beberapa sumber bahkan menyebut adanya stagnasi program karena ketidakhadiran kepemimpinan yang visioner dan operasional. Rapat-rapat rutin hanya formalitas, perencanaan kegiatan cenderung copy-paste tahun sebelumnya, tanpa evaluasi dampak dan tanpa indikator pencapaian yang terukur.
Butuh Aksi Nyata, Bukan Gong-Gongan Kosong
Sudah saatnya pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata Kepri, mengakhiri sikap reaksioner dan mulai bergerak secara strategis. Aksi nyata sangat dibutuhkan: membangun kalender event yang konsisten dan kreatif, melibatkan komunitas lokal, menggandeng pelaku industri, hingga memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk promosi global.
Kepri memiliki segala modal untuk menjadi poros wisata unggulan di Asia Tenggara. Tapi tanpa kepemimpinan yang kuat, profesional, dan terbuka terhadap kolaborasi, maka semua itu hanya akan menjadi pepesan kosong belaka.
Masyarakat dan pelaku wisata kini menuntut perubahan. Mereka tidak butuh lagi narasi indah yang menggema di ruang seminar atau konferensi pers. Yang dibutuhkan adalah gerak nyata, keberanian untuk membuktikan bahwa Kepri bukan hanya punya potensi, tapi juga punya tekad dan kerja keras untuk mewujudkan “wisata mendunia” sebagai kenyataan, bukan sekadar ilusi.
(arf)
Berita Terkait
Pelantikan Direksi–Komisaris PT Energi Kepri: Antara Harapan Besar dan Tanda Tanya Kesiapan sidikfokusnews.com-Tanjungpinang.— Gubernur Kepulauan Riau, H. Ansar Ahmad, resmi melantik jajaran Direksi dan Komisaris dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yakni PT Energi Kepri (Perseroda) dan PT Pembangunan Kepri (Perseroda) di Gedung Daerah, Rabu (20/8/2025) malam. Berikut nama-nama pejabat yang dilantik: PT Energi Kepri (Perseroda): Dr. Aries Fhariandi, S.Sos., M.Si – Komisaris Juanda, S.Mn., M.M – Komisaris Sri Yunihastuti, S.T., M.M – Direktur Utama Ir. Fauzun Atabiq – Direktur Operasional Afrizal Berry – Direktur Umum/Keuangan PT Pembangunan Kepri (Perseroda): Hendri Kurniadi, S.STP., M.Si – Komisaris Dalam sambutannya, Ansar menekankan peran strategis BUMD sebagai instrumen pembangunan ekonomi daerah sekaligus motor penggerak pertumbuhan. “Kalau dikelola inovatif, hasilnya akan langsung dirasakan masyarakat Kepri. BUMD juga harus memberi kontribusi nyata pada Pendapatan Asli Daerah (PAD),” tegasnya. Namun, di balik seremoni pelantikan ini, muncul sejumlah pertanyaan mendasar terkait kelembagaan maupun kapasitas figur-figur yang duduk di kursi strategis. Chaidarrahmat, mengingatkan bahwa pembentukan PT Energi Kepri memiliki tujuan utama yang sangat spesifik, yakni untuk mengelola hak Participating Interest (PI) 10% migas di wilayah kerja (WK) yang berada di perairan Kepri. “Ini bukan BUMD biasa. Ia dibentuk sebagai vehicle khusus agar daerah bisa menerima manfaat langsung dari PI 10% hasil divestasi kontraktor migas yang beroperasi di Kepri. Tujuan primernya jelas: mengelola hak PI, sementara tujuan sekundernya baru disiapkan ke depan untuk merambah bisnis sektor hilir migas,” jelasnya. Namun menurutnya, sejak April 2025 lalu, PT Pembangunan Kepri selaku holding telah menandatangani pengalihan PI 10% Northwest Natuna (PT PK NWN) dari operator Prima Energy Northwest Natuna Pte. Ltd. (PENN). Proses ini sudah berjalan lebih dari empat bulan, melewati tenggat 60 hari yang diberikan SKK Migas untuk mengajukan kualifikasi teknis. “Artinya, Kepri sudah terlambat dalam mengimplementasikan hak PI itu. Sekalipun ada perpanjangan waktu hingga April 2026, pertanyaannya: apakah PT Energi Kepri mampu memenuhi persyaratan teknis dalam tempo singkat ini? Kalau gagal, peluang emas itu bisa hilang,” katanya. Chaidarrahmat menambahkan, opsi lain adalah mengejar hak PI di blok migas lain di Natuna–Anambas. Namun, ia mempertanyakan kepastian dan potensi ekonominya dibandingkan Northwest Natuna yang sudah ada di depan mata. Figur-figur Baru, Apakah Tepat Sasaran? Selain masalah kelembagaan, sorotan juga tertuju pada figur-figur yang baru dilantik. Menurut sejumlah pengamat, mayoritas tidak memiliki latar belakang profesional di sektor migas maupun rekam jejak sebagai pebisnis kelas korporasi energi. “Memang sudah dilakukan fit and proper test, tapi itu tidak otomatis menjamin kapasitas manajerial mereka mumpuni untuk menghadapi kompleksitas bisnis migas. Padahal, industri ini sangat padat modal, berisiko tinggi, dan penuh regulasi teknis,” ujar Chaidarrahmat. Ia menilai tantangan ke depan bukan sekadar menjaga operasional perusahaan, melainkan membuktikan bahwa BUMD ini bisa menghasilkan dividen signifikan untuk mendukung PAD Kepri. Hal ini menjadi penting di tengah kondisi APBD yang tengah mengalami defisit dan kesulitan menjaga kapasitas fiskal. “Kalau manajemen BUMD hanya diisi figur-figur yang minim pengalaman teknis, dikhawatirkan perusahaan ini malah menjadi beban, bukan instrumen solusi fiskal. Padahal, ekspektasi publik adalah PT Energi Kepri bisa memberi nilai tambah nyata untuk daerah,” tambahnya. Keberadaan PT Energi Kepri ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia membawa harapan besar: menjadi pintu masuk bagi Kepri mengelola langsung kekayaan migas di lautnya sendiri. Tetapi di sisi lain, ada tanda tanya besar soal keterlambatan prosedural, kesiapan teknis, dan kapasitas sumber daya manusia yang akan mengelolanya. “Kalau tidak segera dibenahi, risiko kehilangan momentum sangat nyata. Padahal ini menyangkut masa depan fiskal Kepri, kemandirian energi, dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Chaidarrahmat.”(arf-6)
Post Views: 211