Oleh: Andi R. Framantdha
Pemerhati Kebijakan Publik dan Sosial Kemasyarakatan
Pada momentum Jumat Mubarak yang penuh hikmah, nilai kebersamaan kembali menempati ruang penting dalam percakapan publik tentang masa depan Indonesia. Dalam konteks sosial, politik, dan kepemimpinan, kebersamaan bukan sekadar simbol persatuan, melainkan fondasi strategis yang menentukan arah dan daya tahan bangsa. Para analis sosial menyebut modal sosial kolektif sebagai “penyangga utama” yang menjaga stabilitas di tengah arus perubahan dan tantangan global yang semakin kompleks.
Pesan ini selaras dengan firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran ayat 103:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.”
(QS. Ali Imran: 103)
Ayat tersebut menegaskan bahwa kekuatan sejati sebuah komunitas terletak pada ikatan nilai, visi, dan komitmen yang sama—bukan semata-mata keseragaman, tetapi kesediaan untuk bergerak bersama demi tujuan yang lebih besar.
Dalam pembangunan nasional, berbagai ahli kebijakan publik menjelaskan bahwa kohesi sosial menjadi variabel penting yang menentukan keberhasilan program negara. Ketika masyarakat bergerak serempak, rintangan yang besar dapat berubah menjadi peluang. Beban menjadi lebih ringan, partisipasi meningkat, dan ruang kolaborasi semakin terbuka.
Rasulullah SAW menguatkan prinsip kebersamaan ini dalam hadis sahih:
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi pengingat bahwa kekuatan sosial tidak lahir dari individu yang bekerja sendiri-sendiri, melainkan dari struktur kolektif yang saling menopang.
Dalam konteks kebangsaan saat ini, berbagai pengamat menilai bahwa semangat kebersamaan menjadi kunci dalam membangun ketahanan nasional. Hal ini tercermin dalam berbagai upaya pemerintahan yang berfokus pada konsolidasi, stabilitas, dan penyelarasan kebijakan. Kepemimpinan nasional—di bawah Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto—dinilai banyak pihak tengah berupaya menggerakkan kolaborasi dengan menghadirkan figur-figur yang memiliki kapasitas intelektual, karakter kuat, dan komitmen moral dalam upaya membangun Indonesia dari berbagai lini. Upaya tersebut dipandang sejalan dengan kebutuhan bangsa akan sinergi yang kokoh dan arah pembangunan yang lebih terukur.
Dari dinamika kebersamaan tersebut tumbuh energi baru berupa harapan yang memulihkan semangat masyarakat. Para sosiolog menilai bahwa kekuatan sebuah bangsa tidak bertumpu pada satu figur atau institusi saja, melainkan pada jejaring nilai, hubungan antarkomunitas, dan solidaritas yang saling memperkuat. Kebersamaan menjadi cahaya yang memandu langkah masyarakat dalam menghadapi tantangan yang semakin tak terduga.
Nilai kebersamaan ini secara langsung berkaitan dengan arah kepemimpinan Indonesia ke depan. Publik menaruh harapan besar terhadap hadirnya pemimpin yang amanah, istiqomah, serta konsisten antara ucapan dan tindakan. Para pakar tata kelola menegaskan bahwa integritas pemimpin tercermin melalui keputusan strategis yang adil, transparan, dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Allah SWT mengingatkan tentang urgensi amanah dalam Surah An-Nisa’ ayat 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.”
(QS. An-Nisa’: 58)
Ayat ini menegaskan bahwa amanah dan keadilan adalah dua pilar utama kepemimpinan yang diberkahi, sekaligus prasyarat bagi lahirnya tata kelola yang kuat dan berkeadaban.
Di tengah suasana Jumat yang penuh keberkahan, nilai-nilai kebersamaan ini menjadi pengingat sekaligus tolok ukur moral bagi siapa pun yang ingin berperan dalam pembangunan negeri. Indonesia hanya dapat berdiri tegak sebagai bangsa yang diberkahi apabila dipandu oleh pemimpin yang berintegritas dan ditopang oleh masyarakat yang kompak, kritis, serta saling menguatkan.
Kebersamaan bukan sekadar seruan moral—ia adalah strategi peradaban. Strategi yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah, lebih adil, lebih tangguh, dan penuh keberkahan bagi seluruh warganya.
[redaksi]

















