banner 728x250
Batam  

Merawat Amanah Dakwah: Meneguhkan PMB sebagai Rumah Besar Umat Tanpa Ego dan Ambisi

banner 120x600
banner 468x60

Oleh: Ir. Muhammad Rasyid
Wakil Ketua Perkumpulan Muballigh Batam
Pengusaha | Anggota PMB sejak Agustus 1999
Lahir di Arjasa, Sumenep, 22 November 1968 | Domisili: Batam Kota

Perjalanan sebuah organisasi dakwah sejatinya tidak pernah sederhana. Ia bukan hanya soal struktur, jabatan, atau pergantian kepengurusan, melainkan tentang amanah besar yang dipikul bersama untuk membimbing umat. Dalam konteks inilah Perkumpulan Muballigh Batam (PMB) hadir sebagai ruang pengabdian, bukan ruang perebutan. Ia adalah rumah besar bagi para pendakwah yang ingin menyalurkan ilmunya dengan niat yang tulus dan hati yang bersih demi kemaslahatan umat di Kota Batam.

banner 325x300

PMB bukanlah milik individu atau kelompok tertentu. Ia lahir dari semangat kolektif umat untuk menghadirkan dakwah yang mencerahkan, menenangkan, dan mempersatukan. Karena itu, setiap pengurus, anggota, dan seluruh elemen yang terlibat di dalamnya memikul tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga marwah organisasi ini agar tetap berada di jalur pengabdian, bukan di jalur kepentingan pribadi. Ketika umat memerlukan tuntunan, para muballigh harus hadir di barisan terdepan. Ketika masjid membutuhkan penguatan dakwah, PMB wajib memberi arah. Dan ketika masyarakat berada dalam kebingungan memahami agama, para pendakwah harus menjadi cahaya, bukan bara api yang memperbesar persoalan.

Di sinilah esensi kebersamaan itu diuji. Kebersamaan dalam dakwah bukanlah kebersamaan yang bersandar pada kesamaan kepentingan, melainkan pada kesamaan niat untuk berkhidmat. Organisasi dakwah tidak boleh direduksi menjadi ruang formalitas yang bergerak hanya ketika ada agenda, apalagi menjadi arena pertarungan ego. Ia harus hidup sebagai denyut nadi umat, yang bergerak karena keikhlasan dan kepedulian, bukan karena ambisi jabatan atau rasa ingin dihormati.

Kita juga harus jujur mengakui bahwa tantangan dakwah hari ini tidak hanya datang dari luar, tetapi sering kali justru menguat dari dalam tubuh umat sendiri. Ego, gengsi, dan hawa nafsu bisa menyusup ke dalam kerja-kerja dakwah dengan wajah yang samar. Ia hadir dalam bentuk keinginan untuk lebih diakui, lebih dipuji, lebih dipentingkan. Ketika ego mulai mengendalikan langkah, dakwah kehilangan ruhnya. Ketika ambisi lebih dominan daripada niat ibadah, organisasi berubah menjadi ladang konflik, bukan ladang amal. Ini adalah penyakit batin yang harus disadari dan disembuhkan bersama.

Sebagai organisasi yang telah lama berkhidmat untuk masyarakat, PMB perlu terus meneguhkan satu prinsip penting: amanah adalah titipan, bukan milik pribadi. Jabatan bukan kehormatan yang harus dipertahankan mati-matian, melainkan beban yang akan dimintai pertanggungjawaban. Regenerasi adalah sunnatullah dalam setiap perjalanan organisasi. Pergantian kepengurusan adalah tanda kehidupan, bukan ancaman. Yang wajib dijaga bukanlah kursi kepemimpinan, melainkan kesinambungan kebaikan, kesinambungan pelayanan, dan kesinambungan keteladanan.

Sikap lapang dada dalam menerima keputusan musyawarah adalah cermin kedewasaan spiritual. Hanya orang yang hatinya bersih yang mampu menerima bahwa setiap orang memiliki masanya masing-masing. Kepemimpinan yang sejati tidak diukur dari berapa lama seseorang berkuasa, melainkan dari seberapa besar manfaat yang ia tinggalkan setelah masa jabatannya berakhir. Jejak keteladanan jauh lebih abadi daripada jejak jabatan.

Masjid-masjid sebagai pusat peradaban umat juga memegang peranan penting dalam menguatkan PMB. Imam, khatib, pengurus masjid, dan seluruh elemen keumatan tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Dukungan terhadap PMB bukan sekadar dukungan administratif, melainkan dukungan moral, spiritual, dan sosial. Sebab bila masjid tidak terhubung dengan gerakan dakwah yang terorganisir, dakwah akan berjalan terserak. Bila umat tidak dilibatkan, dakwah akan kehilangan denyutnya. Dan bila PMB berjalan sendiri, ia akan kesulitan menjawab tantangan zaman yang terus bergerak dinamis.

Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk menggurui, apalagi menghakimi. Ia adalah ajak­an untuk menata ulang niat secara kolektif, mengembalikan dakwah pada tujuan sucinya, serta menempatkan persaudaraan di atas segala perbedaan kecil yang kerap dibesarkan oleh emosi. Jangan biarkan bisikan hawa nafsu merusak keikhlasan. Jangan biarkan ambisi pribadi mengalahkan kepentingan umat. Dakwah adalah kerja bersama, bukan panggung individu. PMB adalah rumah bersama, bukan milik segelintir orang. Dan umat adalah tujuan utama, bukan alat untuk meraih pengaruh.

Jika setiap pengurus, anggota, dan unsur masjid bergerak dalam satu tarikan napas, dengan niat yang sama dan adab yang terjaga, insya Allah PMB Batam akan tumbuh menjadi organisasi dakwah yang kuat, disegani, dan diridhai Allah. Tetapi jika perpecahan, egoisme, dan ambisi pribadi dibiarkan menguasai ruang gerak kita, maka bukan hanya organisasi yang melemah—umat pun akan kehilangan arah dan kepercayaan.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk terus menata niat, menegakkan adab dalam berorganisasi, serta menjalankan amanah dakwah dengan hati yang bersih, pikiran yang jernih, dan persaudaraan yang tidak lapuk oleh waktu dan tidak retak oleh perbedaan.

(Redaksi).

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *