banner 728x250
Batam  

Tokoh Turatea Usulkan Penggantian Nama Kabupaten Jeneponto Menjadi Kabupaten Turatea

banner 120x600
banner 468x60

sidikfokusnews. com.Batam — Sebuah gagasan bernilai sejarah dan budaya mencuat dari para tokoh asal Jeneponto yang menamakan diri sebagai masyarakat Turatea. Gagasan tersebut disampaikan oleh H. M. Said Amin, tokoh masyarakat Turatea yang telah lama memperhatikan dinamika sosial dan perkembangan daerah. Ia mengusulkan agar nama Kabupaten Jeneponto diganti menjadi Kabupaten Turatea, sebuah nama yang dinilai lebih mencerminkan jati diri, semangat, dan kebanggaan masyarakat setempat.

Usulan ini mendapat dukungan penuh dari Dr. Nursalim Tinggi, M.Pd, Ketua Afiliasi Pengajar, Penulis, Bahasa, Sastra, Budaya, Seni, dan Desain (APEBSKID) Provinsi Kepulauan Riau, sekaligus putra asli Turatea yang kini berdomisili di Batam. Keduanya menilai perubahan nama ini sebagai langkah penting dalam mengembalikan identitas dan kehormatan masyarakat Turatea yang selama ini kurang terangkat dalam kancah nasional.

banner 325x300

Menurut H. M. Said Amin, alasan pergantian nama bukan hanya persoalan simbol, tetapi juga berakar pada kenyataan sosial dan sejarah panjang masyarakat Jeneponto. Selama beberapa dekade, daerah ini kerap masuk dalam daftar wilayah termiskin di Sulawesi Selatan. Kondisi tersebut, menurutnya, bukan semata-mata akibat persoalan ekonomi, tetapi juga persoalan psikologis dan kultural. Nama “Jeneponto” dianggap tidak cukup kuat menggambarkan semangat, keuletan, dan kebanggaan masyarakatnya.

Secara historis, nama “Jeneponto” diambil dari kisah rakyat tentang gelang emas anak raja yang jatuh di sungai. Kisah itu memang menarik dari sisi legenda, tetapi maknanya tidak menggambarkan kekuatan atau kebesaran moral masyarakatnya. Sebaliknya, nama “Turatea” memiliki makna yang lebih mendalam.

“Turatea bukan sekadar nama daerah, melainkan identitas yang diwariskan oleh sejarah,” ujar H. M. Said Amin. “Gelar itu diberikan oleh Raja Gowa kepada masyarakat di wilayah atas orang-orang yang dikenal gagah, berani, dan bermartabat. Turatea berarti ‘orang atas’, bukan hanya dari segi letak geografis, tetapi juga dari kedudukan moral dan kehormatan.”

Makna filosofis nama Turatea mengandung nilai siri’ na pacce, yaitu konsep dasar dalam budaya Makassar yang menekankan pada harga diri dan empati sosial. Nilai siri’ mengajarkan pentingnya kehormatan pribadi dan komunal, sedangkan pacce menanamkan rasa solidaritas, kepedulian, dan keberanian menanggung beban bersama.

Dr. Nursalim Tinggi menegaskan, semangat siri’ na pacce inilah yang menjadi dasar kuat untuk menghidupkan kembali nama Turatea sebagai simbol kebangkitan masyarakat Jeneponto. “Turatea adalah nama yang menumbuhkan semangat kebersamaan, kerja keras, dan tanggung jawab moral. Dengan nama ini, kita ingin menanamkan kembali kebanggaan sebagai orang Turatea, yang pantang menyerah dan menjunjung tinggi kehormatan,” tuturnya.

Gagasan perubahan nama ini diyakini mampu menjadi energi sosial baru yang menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat. Lebih dari itu, ia bisa menjadi simbol peralihan dari masa keterpurukan menuju masa kejayaan daerah. Dalam pandangan para pendukungnya, nama Turatea membawa pesan kebangkitan dan harapan baru.

Dukungan terhadap gagasan ini terus mengalir dari berbagai kalangan, baik dari tokoh adat, akademisi, maupun generasi muda. Mereka menilai bahwa nama “Turatea” lebih sesuai dengan karakter dan nilai budaya masyarakat Jeneponto, serta dapat menjadi simbol penyatuan dan kebanggaan daerah.

Bagi H. M. Said Amin dan Dr. Nursalim Tinggi, perubahan nama bukan berarti menafikan sejarah lama, tetapi mempertegas arah baru menuju masa depan yang lebih bermartabat. “Kita tidak menghapus nama Jeneponto dari sejarah,” kata Dr. Nursalim. “Kita hanya mengembalikan jiwa yang pernah hidup di dalamnya. Turatea adalah nama yang menggugah semangat dan menyalakan kembali harga diri orang selatan.”

Ia menambahkan, perubahan nama kabupaten dapat menjadi momentum untuk membangun kesadaran baru di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, agar tidak melupakan akar budayanya. Dengan semangat siri’ na pacce, masyarakat Turatea diyakini mampu berdiri tegak menghadapi perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri dan nilai-nilai leluhur.

Jika kelak gagasan ini diterima dan disahkan, maka perubahan dari Kabupaten Jeneponto menjadi Kabupaten Turatea akan tercatat dalam sejarah bukan sekadar sebagai penggantian nama, tetapi sebagai tonggak kebangkitan moral, budaya, dan identitas masyarakat yang menjunjung tinggi kehormatan dan keberanian.

Turatea bukan hanya nama, melainkan panggilan jiwa simbol tentang manusia yang hidup dengan harga diri, bekerja dengan semangat, dan berdiri dengan kehormatan.

,”Redaksi

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *