banner 728x250
Daerah  

Kisah Sandal Hilang yang Sarat Hikmah: Dari Kesabaran Menuai Berkah dan Tawa

banner 120x600
banner 468x60

sidikfokusnews.com – Jeneponto— Sebuah percakapan hangat di salah satu grup WhatsApp komunitas keagamaan viral di kalangan warganet lokal. Bermula dari kejadian sederhana—hilangnya sepasang sandal seusai kegiatan dakwah di masjid—perbincangan tersebut berubah menjadi rangkaian kisah penuh makna, tawa, dan hikmah yang menginspirasi.

UCA Barakka’, salah satu anggota grup, membuka percakapan dengan ungkapan syukur, “Bismillaahi. Barakka’. Alhamdulillaah, amanah telah ditunaikan! Alhamdulillaah, sendal pun dipakai orang. Alhamdulillaah, pulang tanpa alas kaki.” Ucapan ini disertai emotikon tawa dan doa, mencerminkan sikap ikhlas dan humoris dalam menghadapi kehilangan.

banner 325x300

Respons dari anggota grup lainnya pun beragam, namun semuanya sarat dengan kehangatan dan kekeluargaan. Seorang anggota menimpali dengan canda, “Pasti sandalnya sandal bagus, jadi wajar orang suka,” disusul komentar lain yang berkata, “Yang pasti sandalnya sudah lunas.” Ucapan ringan tersebut justru menciptakan suasana hangat di antara para jamaah yang akrab dengan guyonan khas Bugis-Makassar.

Tak berhenti di situ, muncul pula kisah inspiratif dari salah satu ustaz yang menceritakan pengalamannya saat kehilangan sandal di sebuah masjid saat safari Ramadan. “Begitu keluar, matemaki tensi sandalku. Tapi saya sabar, tidak marah kepada yang ambil. Besoknya saya dipanggil ke Makassar, ternyata ada yang mau melamar anak saya. Hilangnya sandal ternyata dibalas dengan kabar gembira,” ujarnya. Cerita tersebut langsung disambut tawa dan kekaguman para anggota grup yang melihat hikmah besar di balik peristiwa kecil.

UCA Barakka’ pun menambahkan kisah serupa, kali ini lebih lucu. “Waktu acara taksiyah, ada orang ambil sandalku di depan mataku, lalu bilang, ‘Alhamdulillaah, kudapatmi sandalku yang hilang.’ Saya cuma kode orang di dekatku, jangan bilangki, nanti malu dia,” tulisnya sambil menambahkan emotikon tawa. Kisah ini membuat seluruh anggota grup tergelak, memperlihatkan betapa sabar dan santainya sang penulis menghadapi hal yang bagi sebagian orang bisa saja menjengkelkan.

Namun, di balik tawa itu, terselip nasihat bijak. “Kalau kita sabar, pasti dibalas oleh Allah dengan yang menggembirakan,” tulis Ustaz Nursalim. Pesan ini disambut setuju oleh anggota lainnya yang menegaskan pentingnya bersyukur dan bersabar dalam menghadapi setiap ujian kecil dalam hidup.

Diskusi semakin menarik ketika salah satu anggota mengusulkan ide agar pengurus masjid menyiapkan sandal cadangan bagi jamaah atau penceramah yang kehilangan alas kaki. “Melalui peristiwa ini, mungkin bagus pengurus masjid menyiapkan sandal ganti,” tulisnya. Usulan tersebut menuai apresiasi, menunjukkan semangat kepedulian sosial dan gotong royong yang masih terjaga di tengah masyarakat.

Percakapan di grup itu kemudian diakhiri dengan candaan, “Kalau beli sandal ustadz, beli dua pasang beda warna. Kasih satu pasang ke orang lain, nanti kita juga pakai satu pasang beda warna—insyaallah aman.”

Meski berawal dari kejadian sederhana, kisah “sandal hilang” ini menjadi cermin nilai-nilai luhur dalam kehidupan umat: sabar, syukur, humor, dan solidaritas. Di tengah rutinitas dan persoalan duniawi, ternyata hal sekecil kehilangan sandal pun bisa menjadi bahan renungan, bahan tawa, sekaligus pengingat bahwa di balik ujian kecil, selalu ada hikmah besar yang menanti.

Dengan semangat yang sama, para anggota grup menutup percakapan dengan doa dan kalimat penuh harapan, “Barakka’. Insyaallah Allah ganti dengan yang lebih baik.”
Kisah ringan ini pun menjadi bukti bahwa dalam kesederhanaan dan kebersamaan, selalu ada kebahagiaan yang bisa dirasakan bersama. (Redaksi).

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *