banner 728x250
Batam  

Pantun Dari Kepri: Teguh Bermarwah Kini Mulai Pudar Dirusak Penjilat dan Mafia

banner 120x600
banner 468x60

 

Penulis: Monica Nathan

banner 325x300

sidikfokusnews.com-Batam.-Di mana pun kita berada—dari ruang rapat kementerian hingga panggung hiburan—pantun kini menjadi pembuka dan penutup yang memikat. Kebesaran Melayu yang berasal dari Kepri, kini mulai pudar dirusak penjilat dan mafia.

Daya tariknya sederhana tapi dalam: Dua baris awal mengajak kita menebak, dua baris akhir menyampaikan pesan yang mengena. Pantun bukan hanya hiburan; ia adalah nasihat, diplomasi, dan identitas. Pertanda Melayu bermarwah dalam moral yang tinggi.

Akar dari Pesisir Melayu

Pantun lahir dari budaya Melayu, terutama di Kepulauan Riau (Kepri) dan pesisir timur Sumatra. Pulau Penyengat dikenal sebagai pusat sastra Melayu, tempat Raja Ali Haji menulis Gurindam Dua Belas dan merumuskan tata bahasa Melayu—fondasi yang kemudian melahirkan Bahasa Indonesia.

Dari Kepri, pantun menyeberang ke seluruh Nusantara—Jambi, Palembang, Bengkulu, Kalimantan—hingga ke Semenanjung Malaya. Pada 2020, pantun diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity melalui pengajuan bersama Indonesia dan Malaysia—pengakuan bahwa pantun adalah warisan budaya serumpun, dengan Kepri sebagai salah satu pusat kelahirannya yang penting.

Pantun di Indonesia dan Dunia

Kini pantun hidup di berbagai panggung Indonesia: • Dipakai pejabat, mahasiswa, hingga pembawa acara televisi. • Menjadi “bahasa nasional” untuk memecah kebekuan dan menutup acara, dari desa hingga forum PBB.

Di Malaysia dan negara serumpun lainnya, pantun juga tetap dihormati dan diajarkan di sekolah serta hadir dalam upacara adat dan perayaan kenegaraan. Perbedaan hanya pada cara pemakaiannya: Indonesia menonjolkan pantun sebagai gaya tutur lintas etnis dan situasi modern, sementara di Malaysia pantun terjaga dalam kemegahan tradisi. Dua sisi ini justru memperlihatkan kekayaan bersama yang saling melengkapi.

Pantun Marwah dari Dato Megat (DM) Rurry Afriansyah

Dalam rangka 23 tahun Provinsi Kepulauan Riau, tokoh Melayu dan budayawan DM. Rurry menghadirkan pantun yang indah sekaligus menyiratkan keteguhan marwah Melayu:

Bukan batang sembarang batang
Batang kami si Pokok Ara
Bukan datang sembarang datang
Datang kami ‘nak bersuara

Untuk apa pergi muara
Untuk menebang sebatang kayu
Untuk apa kami bersuara
Untuk tegakkan marwah melayu

Bukan kayu sembarang kayu
Kayu kami si Kayu Jati
Bukan melayu sembarang Melayu
Melayu kami melayu sejati

Apa tanda si kayu Jati
Batangnya keras tidak bergetah
Apa tanda melayu sejati
Duduk berunding selesaikan masalah

Di balik keindahan rima, tersimpan pesan keteguhan: Melayu adalah tuan rumah yang ramah, namun tidak akan tinggal diam bila hak dan martabatnya diusik. Tidak pula selalu menerima jika marwah diinjak-injak. Pepatah menyebut: ”biar mati berputih tulang, jangan putih mata” artinya, lebih baik mati daripada menanggung malu.

Pesan untuk Indonesia dan Dunia

Pantun DM. Rurry menegaskan bahwa budaya Melayu Kepri bukan sekadar ornamen, melainkan sumber bahasa dan identitas bangsa. Menghormatinya berarti menjaga akar Indonesia sendiri.

Sebagai provinsi yang lahir terpisah dari Riau untuk mempercepat pembangunan dan memberi ruang bagi identitasnya, Kepri pantas dilihat bukan hanya sebagai kawasan ekonomi, tetapi juga pusat warisan budaya Melayu dunia.

Penutup

Pantun menghibur, mengajar, dan menyatukan. Dari pesisir Kepri ke panggung internasional, ia membawa pesan: Jaga marwah, jaga akar bangsa. Sayangnya para penguasa membiarkan marwah dijajah penjilat dan mafia.

Di ulang tahun ke-23 ini, pantun Dato’ Megat Rurry Afriansyah mengingatkan kita bahwa suara Melayu dari Kepri bukan sekadar pantun, melainkan panggilan untuk menghormati sejarah dan martabat. Menjunjung marwah, serta meng’haram’kan penguasa penjilat dan mafia.

Profil penulis: Monica Nathan, konsultan di bidang teknologi informasi. Hidup di dunia modern, tapi hatinya selalu kembali pada akar: Melayu dan Indonesia.”redaksi

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *