banner 728x250
Bintan  

Teh Telur Jam Gadang, Racikan Tradisional dari Bukittinggi yang Tetap Bertahan

banner 120x600
banner 468x60

sidikfokusnews.com-Bintan.– Di tengah maraknya tren minuman modern, teh telur tetap bertahan sebagai salah satu racikan tradisional yang digemari lintas generasi. Minuman ini dikenal sederhana, tetapi memiliki filosofi, sejarah, dan manfaat kesehatan yang membuatnya istimewa.

Ridwan, perantau asal Bukittinggi yang kini menetap di Tanjungpinang, menceritakan awal mula ia mengenal teh telur. “Sejak SD saya sudah terbiasa membuat sendiri. Waktu itu di kampung suasananya dingin, jadi minuman ini cocok sekali untuk menghangatkan tubuh dan menambah tenaga. Telurnya dikocok dengan lidi, lalu dicampur teh panas dan sedikit gula. Rasanya khas, segar, dan menyehatkan,” tuturnya.

banner 325x300

Kenangan masa kecil itu dibawanya ketika merantau. Pada tahun 1996, Ridwan sempat membantu sang abang di Tanjungpinang, sebelum kemudian menetap dan berjualan teh telur bersama adiknya, Daswir. Dari sinilah lahir nama “Teh Telur Jam Gadang” yang melekat hingga sekarang. “Nama Jam Gadang itu semacam pengingat kampung halaman. Orang Minang yang singgah biasanya langsung merasa akrab,” tambahnya.

Teh telur sendiri bukan sekadar minuman pelepas dahaga. Kombinasi teh panas dengan kuning telur dipercaya mampu menambah stamina, menjaga kebugaran, sekaligus menghangatkan badan. Di kalangan masyarakat Minangkabau, teh telur sering disajikan di warung-warung kecil, terutama di daerah pegunungan yang berhawa sejuk.

Menurut Dr. Yusra Rahman, pengamat kuliner tradisional dari Universitas Andalas, teh telur adalah bukti kuatnya tradisi minum masyarakat Minangkabau. “Secara gizi, telur ayam kampung atau bebek memberikan protein dan lemak sehat, sementara teh kaya antioksidan. Racikan sederhana ini ternyata punya manfaat ganda: menjaga stamina sekaligus menjadi identitas budaya. Minuman ini juga punya dimensi sosial karena biasa dinikmati sambil berkumpul,” ujarnya.

Yusra menambahkan, daya tarik teh telur bukan pada kemewahan bahan, melainkan pada keterampilan mengocok telur hingga berbusa halus. “Itu seni tersendiri. Dulu orang pakai lidi atau batang bambu kecil, sekarang bisa pakai pengocok modern. Tetapi rasa autentiknya tetap datang dari kebiasaan lama,” jelasnya.

Kini, di tengah tren kopi kekinian dan bubble tea, teh telur masih punya peminat setia. Bagi sebagian orang, minuman ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga nostalgia. “Setiap kali ada yang pesan, saya seperti kembali ke kampung halaman,” ungkap Ridwan sambil tersenyum.

Keberadaan teh telur Jam Gadang di Bintan tepatnya Km 16 Jalan Raya Tanjung Uban menjadi pengingat bahwa tradisi bisa terus hidup jika ada yang menjaga. Di balik segelas minuman sederhana, tersimpan cerita tentang keluarga, perantauan, dan kecintaan pada warisan kuliner Nusantara.”(timredaksiSF)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *