sidikfokusnews.com-Tanjungpinang.– Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad menegaskan bahwa penyelenggaraan RDK Award 2025 harus menjadi agenda berkelanjutan dan diwariskan sebagai budaya bagi generasi penerus Kepri.
Pernyataan itu disampaikan Ansar saat menjamu panitia RDK Award di Kedai Kopi Dapoer Melayu, Tanjungunggat, Tanjungpinang, Selasa (26/8/2025). Menurutnya, kegiatan ini tidak boleh berhenti hanya pada satu atau dua edisi, tetapi harus tumbuh menjadi tradisi tahunan yang memperkuat identitas budaya daerah.
“RDK Award ini sangat penting untuk generasi penerus Kepri. Harus tetap berlanjut dan menjadi wadah kreativitas, inovasi, sekaligus ajang penghargaan bagi para pelaku kebudayaan,” tegas Ansar.
Gubernur juga memaparkan mimpinya untuk membangun wajah baru Tanjungpinang sebagai ibukota provinsi, termasuk rencana pendirian Monumen Bahasa di Pulau Penyengat yang memiliki nilai historis bagi peradaban Melayu dan literasi Indonesia.
Di hadapan panitia, Ansar mendorong agar kolaborasi dengan berbagai pihak diperkuat. “Ke depan, kegiatan seperti ini harus sering dikomunikasikan dengan dinas kebudayaan, pariwisata, dan juga kepala daerah agar dukungan semakin solid,” tambahnya.
RDK Award 2025 rencananya akan digelar September mendatang dan diharapkan menjadi ruang apresiasi sekaligus pemantik semangat generasi muda untuk terlibat aktif dalam pelestarian budaya Melayu.
Pemerhati kebudayaan, menilai dukungan pemerintah daerah terhadap RDK Award memiliki arti strategis. “Kegiatan ini bukan hanya seremonial, tapi bisa menjadi pintu masuk untuk menghidupkan ekosistem budaya di Kepri. Apalagi jika disinergikan dengan sektor pariwisata, dampaknya bisa sangat luas,” ujarnya saat dimintai tanggapan.
Konsistensi penyelenggaraan RDK Award akan memperkuat citra Kepulauan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu sekaligus mendorong lahirnya generasi kreatif yang bangga dengan identitas daerahnya.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah provinsi, RDK Award 2025 diharapkan tidak hanya sukses secara acara, tetapi juga melahirkan tradisi budaya baru yang mampu bertahan lintas generasi.”(arf-6)
