sidikfokusnews.com-Batam.– Malam Sabtu, 23 Agustus 2025, menjadi momentum istimewa bagi masyarakat Kecamatan Sungai Beduk, Kota Batam. Di Masjid Al-Ma’ruf, digelar pembukaan Safari Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah yang diselenggarakan oleh GP Ansor. Acara ini tidak hanya sekadar peringatan kelahiran Nabi, tetapi juga langkah strategis untuk meneguhkan nilai-nilai spiritual dan kultural sebagai pijakan membangun masa depan Ansor yang progresif.
Dengan mengangkat tema “Reaktualisasi Nilai-Nilai Spiritual dan Kultural Menuju Ansor Masa Depan yang Progresif”, kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk terus menjaga nilai-nilai keislaman yang ramah dan moderat, sekaligus bersinergi dengan adat budaya Melayu yang menjadi identitas Kepulauan Riau.
Safari Maulid ini akan berlangsung selama satu bulan penuh di tingkat kecamatan. Tradisi ini bukan hanya sarana memperingati kelahiran Rasulullah SAW, tetapi juga media mempererat ukhuwah Islamiyah, memperkuat peran pemuda, dan menanamkan semangat moderasi beragama di tengah derasnya arus globalisasi.
Pembukaan Safari Maulid ditandai dengan pemukulan tabuh oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau, sebagai simbol dimulainya rangkaian acara. Pemukulan tabuh ini melambangkan harmoni dan kebersamaan dalam menghidupkan nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat.
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya H. Hasan Basri Sagala, S.Ag, mantan Komandan Banser GP Ansor Republik Indonesia, yang memberikan teladan bagi para kader muda untuk terus berjuang dan mengabdi. Hadir pula Kepala Kementerian Agama Kota Batam, KH. Budi Dermawan, S.Ag., M.Sy., yang menegaskan bahwa peringatan Maulid Nabi harus dimaknai sebagai momentum memperkuat keimanan sekaligus membumikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Ketua GP Ansor Kepulauan Riau, Sahabat Sumarno Gareng, menekankan pentingnya peran Ansor dalam merawat tradisi dan nilai kebangsaan di tengah modernisasi. Kehadiran KH. M. Ulil Albab Arwani menambah khidmat acara, dengan pesan bahwa moderasi beragama adalah kunci membangun masyarakat yang damai dan beradab.
Tema reaktualisasi yang diusung menggambarkan kebutuhan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur Islam dan budaya Melayu agar tetap relevan di era modern. Nilai spiritual tidak berhenti pada ritual, tetapi harus tercermin dalam sikap sosial, ekonomi, dan budaya. Begitu pula dengan nilai kultural yang harus dijaga agar identitas Melayu tetap kokoh meskipun dunia terus berubah.
Rangkaian acara Safari Maulid semakin semarak dengan lantunan shalawat, tausiah yang menggugah, dan diskusi kebangsaan yang menguatkan kesadaran sosial. Ornamen khas budaya Melayu serta suguhan kuliner tradisional menghadirkan suasana hangat, mengingatkan bahwa Islam hadir di Nusantara dengan damai, selaras dengan kearifan lokal.
Safari Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H bukan sekadar acara ritual, melainkan gerakan untuk mencetak generasi Ansor yang progresif, moderat, dan cinta tanah air. Dari Masjid Al-Ma’ruf, Sungai Beduk, semangat ini diharapkan menyebar ke seluruh pelosok Kepulauan Riau, membawa pesan bahwa nilai spiritual dan budaya harus terus hidup, diwariskan, dan diperkuat hingga ke anak cucu.
Maulid Nabi bukan hanya peringatan, tetapi penghidupan kembali teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan nyata, membentuk masyarakat yang berkarakter, toleran, dan siap menjawab tantangan zaman.”(Nursalim Turatea)
Berita Terkait
Perobohan Hotel Purajaya: Warisan yang Dilanjutkan BP Batam di Era Amsakar Panja Pengawasan Mafia Tanah Komisi III DPR RI Hanya Pepesan Kosong Batam, 30 September 2025. Kisah kelam perobohan Hotel Purajaya di Batam terus bergulir sebagai luka hukum, ekonomi, sekaligus sosial yang tak kunjung disembuhkan. PT Dani Tasha Lestari (DTL), pemilik Hotel Purajaya, masih berjuang mendapatkan pertanggungjawaban atas pencabutan alokasi 30 hektar lahan miliknya yang kemudian disusul dengan penghancuran bangunan hotel senilai Rp922 miliar. Meski desakan demi desakan mengalir dari DPR RI hingga pimpinan lembaga tinggi negara, Badan Pengusahaan (BP) Batam tetap bergeming. Alih-alih menyelesaikan masalah, rezim baru BP Batam di bawah kepemimpinan Amsakar tampak meneruskan warisan zalim pendahulunya. Direktur PT DTL, Rury Afriansyah, menegaskan pihaknya telah menempuh seluruh jalur resmi. Rekomendasi dari Komisi VI dan III DPR RI, bahkan permintaan dari Wakil Ketua DPR RI kepada Ketua Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, Kapolri, hingga Kepala BP Batam, tak digubris sedikitpun. “Apakah warisan yang ditinggalkan BP Batam yang lama akan terus dipertahankan oleh penerusnya? Tampaknya iya,” ujar Rury dengan getir. Harapan sempat tumbuh saat Komisi VI DPR RI mengunjungi Batam pada 18 Juli 2025. Dalam forum itu, sekitar 40 warga Batam turut menyampaikan keluhannya. Namun, hingga kini tidak satu pun rekomendasi ditindaklanjuti. Rury menyebut Panitia Kerja (Panja) yang dibentuk DPR RI hanya sebatas “pepesan kosong” tanpa taring. Zukriansyah, perwakilan warga, mengamini kekecewaan itu: “Satu masalah pun tidak ada yang dikerjakan Komisi VI sampai sekarang.” Kekecewaan tersebut membuat PT DTL menempuh jalur lebih keras. Saat ini pengaduan sedang disiapkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta Mabes Polri. Fokusnya adalah dugaan tindak pidana korupsi dalam proses pencabutan lahan dan tindak pidana pengeroyokan dalam perobohan aset. “Langkah ini paling tepat, sebab BP Batam tampaknya tidak akan bergeming melihat desakan dari DPR RI. Justru ada dugaan kuat, BP Batam terus melindungi mafia tanah. Bukannya membenahi, tetapi mengawal kepentingan konsorsium mereka,” tegas Rury. Pengamat hukum pertanahan, menyebut kasus ini sebagai kejahatan pertanahan paling terbuka. Pencabutan alokasi lahan tanpa dasar hukum yang sah sudah menjadi pelanggaran, diperparah dengan perobohan bangunan tanpa putusan pengadilan. “Saya heran, kenapa penegak hukum enggan menaikkan kasus ini ke tingkat penyidikan. Ini perampasan hak, tindakan inkonstitusional, dan bentuk nyata kejahatan pertanahan,” katanya. Sikap serupa pernah ditegaskan Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman. Ia menilai perobohan Hotel Purajaya tidak sah secara hukum. Dalam forum Rapat Dengar Pendapat Umum di Jakarta, Habiburokhman menyoroti keterlibatan aparat dalam proses yang jelas-jelas bukan eksekusi pengadilan. “Kalau eksekusi, yang mengoordinir adalah pengadilan dengan dasar putusan pengadilan. Kalau ini tidak ada putusan, maka bukan eksekusi,” tegasnya. Komisi III pun mendorong pembentukan Panja mafia tanah untuk mengungkap jaringan di balik kasus ini, namun langkah itu macet karena resistensi dari BP Batam. Aktivis Monica Nathan menilai drama Purajaya hanyalah satu fragmen dari pola besar yang memperlihatkan lemahnya komitmen DPR RI dalam membela rakyat. Menurutnya, peristiwa rusuh di Jakarta dan berbagai daerah pada akhir Agustus hingga awal September 2025 menjadi bukti bahwa kemarahan publik bukan ilusi. “DPR lebih sibuk dengan retorika basi. Panja Komisi VI untuk evaluasi tata kelola lahan Batam, Panja Komisi III untuk melawan mafia tanah—mandatnya kuat, bisa panggil pejabat, bisa buka data, bisa tindaklanjuti kasus. Tapi enam bulan berlalu, hasilnya nol besar. Purajaya tetap rata dengan tanah. Teluk Tering tetap direklamasi. Mafia tetap berjaya,” ujarnya pedas. Moratorium reklamasi yang sempat diumumkan Wakil Wali Kota Batam juga hanya berhenti di atas kertas. Secara teori, moratorium berarti semua proyek dihentikan hingga audit selesai. Faktanya, pancang-pancang reklamasi tetap berdiri di Teluk Tering. Hal ini semakin menegaskan bahwa keputusan politik dan hukum di Batam kerap diabaikan, sementara kepentingan ekonomi segelintir pihak terus dijaga. Kasus Purajaya kini menjadi simbol kezaliman tata kelola lahan di Batam. Ia menggambarkan bagaimana mafia tanah, aparat, birokrasi, dan politik bisa berpadu dalam satu lingkaran yang menekan rakyat dan investor lokal. Hingga saat ini, tak ada kejelasan kapan keadilan akan hadir. Namun satu hal pasti, suara lantang dari Batam terus menantang BP Batam: apakah mereka akan menutup mata demi melanggengkan warisan, atau berani memutus mata rantai mafia tanah yang telah menjarah hak rakyat selama puluhan tahun.”(tim)
Post Views: 63