banner 728x250
Batam  

Dua Pendidik Hebat, Abah Basir dan Abah Syafriadi, Harumkan Nama Daerah di Ajang MTQ PGRI Nasional Sumatera Barat

banner 120x600
banner 468x60

Oleh : Nursalim Turatea
Ketua APEBSKID Kepri

Sumatera Barat menjadi saksi hadirnya dua sosok guru inspiratif yang membawa harum nama daerah mereka dalam sebuah ajang bergengsi, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tingkat nasional. Kedua tokoh ini adalah Abah Basir dan Abah Syafriadi, pendidik yang telah lama mendedikasikan hidup mereka untuk dunia pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda. Tidak hanya berkutat dengan tugas di ruang kelas, mereka juga menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai dasar dalam mendidik anak bangsa.

banner 325x300

Keikutsertaan mereka dalam MTQ PGRI bukan sekadar sebuah kompetisi, melainkan bukti nyata bahwa profesi guru memiliki peran strategis dalam menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an di tengah derasnya arus modernisasi. Ajang ini tidak hanya menguji kemampuan membaca ayat-ayat suci dengan tajwid yang benar dan suara yang indah, tetapi juga menjadi sarana memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara para pendidik dari seluruh Indonesia.

 

Perjalanan keduanya untuk bisa tampil di panggung nasional ini bukanlah sesuatu yang instan. Mereka memulai langkah dari seleksi tingkat daerah, bersaing dengan guru-guru hebat yang memiliki keahlian serupa. Berbekal ketekunan, kesabaran, dan semangat untuk membawa nama baik daerah, Abah Basir dan Abah Syafriadi berhasil melangkah hingga ke tingkat nasional. Mereka hadir di Sumatera Barat dengan penuh percaya diri, menyatukan niat bukan untuk mengejar popularitas, melainkan untuk menghidupkan nilai-nilai Qur’ani di dunia pendidikan.

Tampilan mereka di ajang MTQ PGRI Nasional benar-benar mencerminkan keteladanan seorang guru. Dengan balutan seragam batik PGRI yang khas, keduanya hadir membawa wibawa pendidik yang sesungguhnya. Sikap ramah dan santun menjadi ciri yang melekat, memperlihatkan bahwa guru bukan hanya pengajar di ruang kelas, tetapi juga teladan dalam perilaku sehari-hari. Ketika melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, suara merdu yang mengalun penuh penghayatan berhasil memikat hati siapa saja yang mendengar. Bukan sekadar keindahan suara, tetapi pancaran ketulusan hati dalam mengagungkan kalam Ilahi yang membuat lantunan mereka begitu berkesan.

Keberhasilan Abah Basir dan Abah Syafriadi tampil di tingkat nasional membawa kebanggaan yang mendalam bagi rekan guru dan masyarakat di daerah asal. Banyak pihak memberikan apresiasi atas dedikasi keduanya yang mampu menyeimbangkan antara tugas sebagai pendidik dengan pengembangan potensi diri dalam bidang keagamaan. Mereka menjadi bukti bahwa guru sejati tidak hanya berkutat dengan buku pelajaran dan administrasi, melainkan terus berupaya memperkaya wawasan, memperkuat iman, serta mengasah kemampuan agar mampu memberi inspirasi.

Ajang MTQ PGRI ini memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar perlombaan. Ini adalah momentum untuk mengingatkan kita semua bahwa pendidikan tidak hanya tentang mencetak generasi cerdas secara akademis, tetapi juga membentuk akhlak dan karakter yang kokoh berlandaskan nilai-nilai Al-Qur’an. Guru seperti Abah Basir dan Abah Syafriadi adalah teladan nyata bagaimana ilmu dan iman berjalan beriringan untuk mencetak generasi berkarakter.

Dalam pesan yang mereka sampaikan, keduanya menegaskan bahwa keberhasilan dalam ajang ini bukanlah tujuan utama. Yang lebih penting adalah bagaimana setiap guru mampu menghadirkan nilai-nilai Qur’ani dalam proses mendidik. Menurut mereka, guru harus menjadi contoh hidup yang mengajarkan kebaikan melalui tindakan, bukan hanya melalui kata-kata. Hal inilah yang menjadikan profesi guru begitu mulia dan patut mendapat penghargaan setinggi-tingginya.

Semoga perjalanan dan prestasi yang diraih Abah Basir dan Abah Syafriadi dapat menjadi inspirasi bagi seluruh pendidik di tanah air. Mereka telah menunjukkan bahwa guru adalah pribadi yang terus belajar, berjuang, dan mengabdi tanpa batas, bukan hanya untuk mengajar, tetapi untuk membangun peradaban. Kisah ini menjadi pengingat bahwa dunia pendidikan akan selalu bersinar jika para pendidik berkomitmen menanamkan ilmu dan akhlak sekaligus, karena dari tangan merekalah lahir generasi penerus yang cerdas dan berkarakter mulia.”redaksiSF

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *