sidikfokusnews.com-Batam. — Suasana hangat dan penuh canda kembali mewarnai interaksi para muballigh yang tergabung dalam grup komunikasi Persatuan Muballigh Batam (PMB) pada Sabtu malam. Percakapan yang awalnya membahas isu serius tentang peran pemerintah dalam membantu masyarakat mencari pekerjaan, berubah menjadi diskusi ringan yang dibumbui humor khas para ustaz dan tokoh masyarakat.
Hasanudin, salah satu anggota aktif PMB Batam, memulai percakapan dengan pertanyaan sederhana namun menggelitik: apakah pemerintah pernah membantu masyarakat ketika mencari pekerjaan. Pertanyaan ini memicu berbagai respons. Ada yang menjawab bahwa pemerintah menyediakan informasi lowongan seperti CPNS dan PPPK, namun keberhasilan tetap bergantung pada kuota dan proses seleksi.
Di sela-sela diskusi, canda-canda khas ala muballigh pun bermunculan. Ada yang menyebut istilah “MABES” bukan sebagai markas besar, melainkan singkatan dari makan besar bersama bendahara. Ada pula gurauan soal “BATAGOR”, yang bukan sekadar makanan, melainkan istilah yang dipakai untuk rapat santai sambil menikmati kuliner.
Obrolan pun berlanjut dengan rencana ngopi bersama. Agus Mulyadi dan beberapa anggota lainnya saling melempar ajakan untuk bertemu esok hari selepas acara di Masjid Al Khoir. “Insya Allah, di mana ngopinya?” tanya Agus. Ajakan ini pun disambut antusias oleh rekan-rekan lain, seakan menjadi tradisi kecil yang mempererat silaturahmi di luar forum resmi.
Menariknya, diskusi awal tentang bantuan pemerintah kembali mengemuka di tengah canda. Hasanudin menegaskan bahwa sekadar menyediakan informasi pekerjaan belum tentu bisa disebut sebagai bantuan nyata, karena tidak semua pencari kerja berhasil lolos. “Apakah itu membantu atau hanya menyediakan? Toh, hasilnya ada juga yang tidak kerja,” ujarnya.
Percakapan semakin akrab ketika topik candaan lain mulai bermunculan. Salah satunya adalah gurauan tentang “bagian mengurus jin” yang rajin mengajak, sementara “bagian makan” justru diam-diam tanpa undangan. Tawa pun mewarnai obrolan malam itu, mencairkan suasana setelah seharian beraktivitas.
Di tengah diskusi dan canda tersebut, beberapa anggota juga berbagi informasi ringan seputar suasana Batam di malam minggu. Salah satunya adalah laporan singkat bahwa deretan kuliner di kawasan Bebek Carok, depan Ruko Citra Batam, ramai penuh pengunjung. “Ruame full,” tulis salah satu anggota sambil mengirimkan emoji tawa.
Percakapan malam itu menjadi gambaran indah bagaimana para muballigh Batam menjaga kebersamaan, memadukan diskusi serius tentang isu sosial dengan tawa dan canda yang menghangatkan. Bagi mereka, ngopi bukan sekadar minum kopi, melainkan momen untuk menyambung silaturahmi, bertukar pikiran, dan menjaga persaudaraan dalam suasana penuh keakraban.(Nursalim Turatea)