banner 728x250

Dari Natuna, Semangat Bertanam dan Beternak Kembali Tumbuh: Cabe, Cupang, dan Cacing Sutra Jadi Andalan Ekonomi Keluarga

banner 120x600
banner 468x60

 

sidikfokusnews.com-Tanjungpinang 29 Juli 2025,— Di tengah keterbatasan akses dan fluktuasi harga bahan pokok di daerah kepulauan, sejumlah warga di Natuna mulai menunjukkan kemandirian ekonomi melalui kegiatan pertanian dan budidaya skala rumahan. Salah satu di antaranya adalah usaha kecil yang digerakkan oleh ibu Waginem, Buk Ani, dan Mas Pandu di wilayah Batu 11, Jl. Jatayu, dekat SD Al-Madina. Kota Tanjungpinang.

banner 325x300

Sejak enam bulan lalu, mereka mulai menanam cabai dan membudidayakan ikan cupang, cacing sutra, serta kutu air. Meski awalnya bersifat coba-coba, kini hasilnya mulai memberi harapan baru.

“Kami jual satu pot cabe seharga Rp35.000. Kalau beli banyak bisa nego, pasti dikasih diskon,” tutur Bu Waginem sambil tersenyum.

“Alhamdulillah sudah ada yang beli,” timpal Bu Ani, menunjukkan antusiasme yang sama.

Kegiatan ini bukan sekadar bertanam, tapi menjadi upaya konkret warga untuk bertahan hidup sekaligus membuka peluang usaha mikro. Pandu, yang turut mendampingi kegiatan tersebut, menjelaskan bahwa ke depannya mereka akan memperluas jenis budidaya ikan hias.

“Sekarang baru cupang yang ada, tapi bulan depan kami mau tambah bibit ikan-ikan hias lain. Harganya bervariasi, tapi tetap kami buat terjangkau,” ujar Pandu.

Mereka membuka peluang bagi siapa pun yang ingin membeli langsung dari rumah atau memesan via WhatsApp di nomor 0852-7416-6406.

Pakar pertanian dan ekonomi lokal, Dr. Nurhayati Mardiana dari Universitas Riau, memandang inisiatif seperti ini sebagai fondasi penting dalam membangun ketahanan pangan dan ekonomi di daerah perbatasan.

“Yang mereka lakukan bukan hanya bentuk kemandirian, tapi strategi adaptif menghadapi inflasi pangan dan keterbatasan logistik di wilayah kepulauan. Pola pertanian urban seperti ini harus didorong karena menciptakan ekonomi mikro yang kuat dari bawah.”

Dr. Nurhayati juga menyebut bahwa kegiatan seperti budidaya cacing sutra, kutu air, dan ikan hias memiliki potensi ekspor kecil menengah yang stabil, khususnya bila dikelola secara kolektif oleh kelompok masyarakat dan didukung oleh pelatihan teknologi tepat guna.

Lebih dari itu, menurutnya, penting bagi pemerintah daerah dan pusat untuk melihat kegiatan ini sebagai embrio dari sistem agroekonomi mandiri. Karena selain memberi penghasilan, aktivitas ini juga mengedukasi warga tentang pentingnya ekosistem dan keberlanjutan.

Apa yang dilakukan oleh Bu Waginem dan rekan-rekannya ini merupakan wujud nyata semangat swadaya yang tidak banyak disorot. Di tengah gempuran arus barang dari luar dan ketergantungan pada distribusi pusat, mereka memilih untuk menanam, memelihara, dan menjual hasilnya dengan harga yang merakyat.

Gerakan kecil seperti ini adalah tulang punggung dari ekonomi kerakyatan. Dari pot cabai, ember cupang, hingga kotak cacing sutra — semua tumbuh di halaman rumah, namun berakar kuat pada semangat kemandirian dan masa depan yang ingin mereka ciptakan sendiri.”(Arf)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *