banner 728x250
Batam  

Raga Terkerangkeng Maman A Majid Binfas

banner 120x600
banner 468x60

 

Jangan merasa masih jua berjaya bila raga sukmamu telah terpenjara bergulung bah kepompong

banner 325x300

Kini hanya sisa jasad melompong bah mayat berjalan melolong

Terkerangkeng

Dan ruh meraung tak karuan menembus ambang batas bah anomali anjing kelam nan terhantam di dalam karung

hanya tersisa detakan waktu berhenti nadi berpusaran jantung tergulung

Terkerangkeng

Nanar berkelopak hingga berkalang
berkalung bara api asfala safilin terngiang
membara mengepung

Terkerangkeng
Bah puntung rokok terbuang
terbanting
hina dina jadi tumpuan bernaung

Kamis 10:51, 31 Juli 2025

Maksud dari esensi prosais di atas, dapat dijabarkan secara bebas, yakni;

Maksud dari esensi prosais Puisi ini adalah refleksi tentang keterkungkungan jiwa dalam tubuh yang tampak masih hidup, namun sejatinya telah mati secara spiritual dan moral. “Terkerangkeng” bukan hanya keadaan fisik, melainkan simbol dari jiwa yang terbelenggu oleh keterasingan, kehampaan makna, dosa, dan kehilangan arah hidup.

Penyair menggambarkan manusia yang tampak berjalan dan berfungsi di dunia ini, namun dalam dirinya telah kosong, sunyi, terasing, dan nyaris tidak bernyawa secara hakikat. Ruhnya meraung, melampaui batas kesadaran, menjerit di tengah kegelapan dan keputusasaan. Ia telah jatuh pada titik nadir kehidupan asfala safilin derajat serendah-rendahnya makhluk.

Simbol-simbol seperti “puntung rokok”, “bara api”, dan “mayat berjalan” mencerminkan kehinaan, keterbuangan, dan keterlupaan, di mana manusia hanya menjadi objek yang dipakai, dibuang, dan diinjak. Al-Qur’an surah At-Tin ayat 5, yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (ahsani taqwim), kemudian dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya (asfala safilin), agar tidak jadi manusia yang asfala safilin.”timredaksiSF

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *